Renungan Harian – 11 April 2025
Judul: Diberi untuk Memberi
Ayat Alkitab: 2 Korintus 9:8
“Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam perbuatan baik.”
Dalam hidup, kita sering kali berfokus pada apa yang belum kita miliki. Kita merasa kekurangan waktu, tenaga, uang, kesempatan, bahkan perhatian. Perasaan tidak cukup ini bisa menumbuhkan kekhawatiran, iri hati, atau bahkan keputusasaan. Namun, firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengalihkan pandangan: bukan kepada keterbatasan kita, tetapi kepada kelimpahan kasih karunia Tuhan.
Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita. Kata “segala” menegaskan bahwa tidak ada hal baik yang Tuhan tahan bagi anak-anak-Nya. Kasih karunia-Nya tidak terbatas oleh kondisi ekonomi, situasi dunia, atau bahkan keadaan hati kita yang kadang rapuh. Dia tahu persis apa yang kita butuhkan, dan Dia memberi tepat pada waktu-Nya.
Namun, tujuan dari kelimpahan kasih karunia ini bukan sekadar untuk kenyamanan pribadi. Ayat ini berkata bahwa kita “berkelebihan dalam perbuatan baik.” Artinya, Tuhan memberkati kita supaya kita bisa menjadi berkat bagi orang lain. Kita bukan tempat penampungan kasih karunia, tetapi saluran yang mengalirkannya. Seperti sungai yang terus mengalir karena mendapat air dari sumbernya, demikian juga hidup kita seharusnya memancarkan kebaikan karena terus dialiri oleh kasih-Nya.
Bentuk pemberian itu bisa bermacam-macam. Tidak selalu dalam bentuk uang atau materi. Kadang, memberi berarti mendengarkan dengan empati, menolong tanpa diminta, membagikan nasihat firman Tuhan, atau sekadar hadir bagi mereka yang sedang bergumul. Ketika kita hidup dalam kesadaran bahwa kita diberi untuk memberi, hidup ini menjadi lebih bermakna dan berdampak.
Banyak orang hari ini menunggu uluran tangan kasih yang nyata. Di tengah dunia yang semakin sibuk dan egois, tindakan-tindakan kecil dengan kasih bisa menjadi terang yang menerangi kegelapan. Mungkin tidak semua orang bisa memberi secara besar, tetapi setiap orang bisa memberi dengan tulus. Bahkan, senyuman pun bisa jadi bentuk kasih yang menguatkan hati seseorang.
Yesus sendiri adalah teladan utama dalam hal memberi. Dia memberikan segalanya—waktu, kuasa, kasih, dan bahkan nyawa-Nya. Ia tidak menuntut balasan, namun memberikan dengan sukacita demi keselamatan kita. Ketika kita memberi dari kasih, kita sedang meneladani Kristus. Memberi bukan beban, tapi kehormatan bagi mereka yang hidup dalam kasih karunia.
Jangan takut memberi karena takut kekurangan. Tuhan tidak akan pernah kekurangan cara untuk mencukupi kebutuhan kita. Justru, sering kali kita akan melihat mujizat terjadi saat kita mulai membuka tangan dan hati bagi orang lain. Memberi itu menyenangkan hati Tuhan, dan Ia tidak pernah lalai untuk memberkati orang yang murah hati.
Hari ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri: kepada siapa aku bisa menjadi berkat? Apa yang bisa kuberikan dari hidupku hari ini? Jangan tunggu menjadi “lebih punya” baru mulai memberi. Mulailah dari apa yang ada di tanganmu sekarang—sebuah pesan penguatan, perhatian kecil, atau bahkan sebuah doa syafaat. Kasih karunia itu akan terus mengalir saat kita taat.
Doa:
Tuhan Yesus yang penuh kasih, terima kasih atas kelimpahan kasih karunia-Mu dalam hidupku. Ajarku untuk hidup bukan hanya untuk diriku sendiri, tapi untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Buanglah rasa takut dan ego di dalam diriku, dan gantilah dengan hati yang murah hati, seperti hati-Mu. Dalam nama-Mu aku berdoa, amin.