Penganiayaan Umat Kristen di Bawah Kekaisaran Romawi
Penganiayaan terhadap umat Kristen di Kekaisaran Romawi adalah salah satu periode gelap dalam sejarah gereja. Umat Kristen menghadapi penganiayaan selama lebih dari dua abad, dari masa pemerintahan Kaisar Nero (54-68 M) hingga Edik Milan yang dikeluarkan oleh Kaisar Konstantinus pada tahun 313 M. Periode ini tidak hanya menjadi ujian iman, tetapi juga menjadi fondasi kekuatan dan pertumbuhan gereja.
Latar Belakang Penganiayaan
1. Kekristenan di Dunia Romawi
- Kekristenan lahir di tengah masyarakat Romawi yang memuja banyak dewa (politeisme).
- Kekristenan dianggap sebagai sekte Yahudi kecil, tetapi segera menjadi agama yang mandiri.
- Ajaran Kristen yang mengutamakan penyembahan hanya kepada satu Allah dianggap bertentangan dengan kebudayaan Romawi yang mewajibkan penyembahan kepada dewa-dewa Romawi dan kaisar.
2. Alasan Penganiayaan
- Politik: Penolakan umat Kristen untuk menyembah kaisar dianggap sebagai pemberontakan terhadap otoritas negara.
- Agama: Kekristenan dianggap atheis oleh orang Romawi karena menolak keberadaan dewa-dewa Romawi.
- Sosial: Umat Kristen sering dituduh melakukan ritual aneh, seperti "kanibalisme" (karena Perjamuan Kudus) dan "inses" (karena menyebut satu sama lain sebagai saudara dan saudari).
- Ekonomi: Penurunan pemujaan dewa-dewa mengurangi pendapatan dari kuil, sehingga menimbulkan konflik dengan masyarakat pagan.
Periode Penganiayaan
1. Di Bawah Kaisar Nero (54-68 M)
- Nero adalah kaisar pertama yang secara resmi menganiaya umat Kristen.
- Setelah kebakaran besar di Roma pada tahun 64 M, Nero menuduh umat Kristen sebagai pelaku pembakaran untuk mengalihkan perhatian dari dirinya.
- Penganiayaan melibatkan penyiksaan brutal, seperti melemparkan orang Kristen ke singa di arena, membakar mereka sebagai obor hidup, dan penyaliban.
2. Di Bawah Kaisar Domitianus (81-96 M)
- Domitianus memperkuat penyembahan kaisar dan menuntut semua orang menyembahnya sebagai "tuhan dan tuan."
- Umat Kristen yang menolak dihukum mati atau diasingkan, termasuk Rasul Yohanes yang dibuang ke Pulau Patmos.
3. Di Bawah Kaisar Trajan (98-117 M)
- Trajan tidak secara aktif mencari umat Kristen, tetapi jika mereka ditemukan dan menolak menyembah dewa-dewa Romawi, mereka dihukum mati.
- Dalam surat-suratnya kepada Gubernur Plinius Muda, Trajan menyatakan bahwa umat Kristen tidak boleh dikejar secara aktif, tetapi jika tertangkap, mereka harus disanksi.
4. Di Bawah Kaisar Decius (249-251 M)
- Decius mengeluarkan dekret yang mewajibkan semua warga Romawi untuk mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa Romawi dan mendapatkan sertifikat.
- Umat Kristen yang menolak dianggap pemberontak dan dihukum mati atau dipenjara.
5. Di Bawah Kaisar Diokletianus (284-305 M)
- Masa penganiayaan terbesar terjadi di bawah Diokletianus, terutama setelah tahun 303 M, ketika ia mengeluarkan serangkaian dekret anti-Kristen.
- Gereja-gereja dihancurkan, kitab suci dibakar, dan umat Kristen yang menolak menyembah dewa-dewa dipenjara atau dieksekusi.
- Periode ini dikenal sebagai "Penganiayaan Besar" (Great Persecution).
Dampak Penganiayaan
1. Pertumbuhan Iman Umat Kristen
- Meskipun mengalami penderitaan berat, banyak umat Kristen yang tetap setia, bahkan hingga mati sebagai martir.
- Martir seperti Santo Ignatius dari Antiokhia dan Perpetua menjadi teladan keberanian dan iman.
- Ungkapan terkenal "Darah para martir adalah benih bagi gereja" menggambarkan bagaimana penganiayaan justru memperkuat Kekristenan.
2. Penyebaran Kekristenan
- Penganiayaan sering memaksa umat Kristen untuk berpindah ke daerah baru, sehingga membantu penyebaran agama ini ke seluruh Kekaisaran Romawi.
- Pengaruh mereka terlihat di kota-kota besar seperti Aleksandria, Antiokhia, dan Roma.
3. Konsolidasi Gereja
- Penganiayaan memotivasi gereja untuk mengatur struktur kepemimpinan yang lebih kuat, seperti pengangkatan uskup untuk melindungi umat dan menjaga kesatuan.
- Gereja juga mulai menyusun kanon kitab suci untuk memastikan ajaran yang benar.
Akhir Penganiayaan
1. Edik Milan (313 M)
- Pada tahun 313, Kaisar Konstantinus dan Licinius mengeluarkan Edik Milan, yang memberikan kebebasan beragama kepada umat Kristen.
- Kekristenan tidak hanya dihentikan penganiayaannya, tetapi juga mulai diakui secara resmi.
2. Kekristenan sebagai Agama Negara
- Pada tahun 380 M, melalui Edik Tesalonika yang dikeluarkan oleh Kaisar Theodosius, Kekristenan menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.
Kesimpulan
Penganiayaan terhadap umat Kristen di bawah Kekaisaran Romawi adalah periode penderitaan yang berat tetapi juga menjadi dasar bagi pertumbuhan dan keteguhan iman gereja. Para martir menjadi simbol keberanian, dan penganiayaan mendorong gereja untuk memperluas pengaruhnya di dunia Romawi. Dengan berakhirnya penganiayaan, Kekristenan memasuki era baru sebagai agama resmi kekaisaran, menandai kemenangan iman atas penderitaan.
0 Komentar