Ajaran Yesus tentang kasih adalah inti dari kehidupan dan iman Kristen. Kasih tidak hanya merupakan salah satu aspek iman, tetapi juga merupakan fondasi dari semua perintah Tuhan. Dalam ajaran-Nya, Yesus menegaskan bahwa kasih kepada Allah dan sesama adalah hukum yang utama, yang merangkum seluruh Taurat dan kitab para nabi. Artikel ini akan mengkaji ajaran Yesus tentang kasih, bagaimana kasih menjadi hukum yang utama, dan bagaimana hal ini relevan bagi kehidupan orang percaya di era modern.
1. Dasar Alkitabiah: Kasih sebagai Perintah Utama
a. Dua Perintah Terutama
Ketika seorang ahli Taurat bertanya kepada Yesus tentang hukum yang terutama dalam hukum Taurat, Yesus menjawab:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)
Yesus merangkum seluruh hukum Taurat dalam dua perintah ini: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kasih kepada Allah merupakan respons atas kasih-Nya yang terlebih dahulu diberikan kepada manusia (1 Yohanes 4:19), sedangkan kasih kepada sesama adalah perwujudan nyata dari kasih kepada Allah.
b. Kasih sebagai Dasar Hukum Taurat
Yesus menegaskan bahwa seluruh hukum dan kitab para nabi bergantung pada kedua perintah ini (Matius 22:40). Hal ini berarti bahwa semua aspek kehidupan iman dan moralitas berakar pada kasih. Kasih bukan hanya tentang perasaan, tetapi tentang tindakan yang mencerminkan hubungan yang benar dengan Allah dan sesama.
2. Kasih kepada Allah
a. Totalitas dalam Kasih kepada Allah
Yesus mengajarkan bahwa kasih kepada Allah harus mencakup seluruh aspek kehidupan manusia: hati, jiwa, dan akal budi.
- Hati mencerminkan emosi dan keinginan terdalam.
- Jiwa menunjukkan kehidupan spiritual yang menyatu dengan kehendak Allah.
- Akal budi melibatkan pikiran yang digunakan untuk memahami dan menaati kehendak Tuhan.
Kasih kepada Allah adalah panggilan untuk memberikan prioritas tertinggi kepada-Nya dalam segala hal. Hal ini tidak hanya diwujudkan dalam ibadah, tetapi juga dalam ketaatan sehari-hari.
b. Pengabdian Total kepada Allah
Dalam Yohanes 14:15, Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." Kasih kepada Allah harus diwujudkan dalam ketaatan kepada perintah-Nya, bukan sebagai kewajiban legalistik, tetapi sebagai respons cinta terhadap kasih karunia-Nya.
3. Kasih kepada Sesama
a. Mengasihi Sesama sebagai Diri Sendiri
Yesus mengajarkan untuk mengasihi sesama seperti diri sendiri. Ini berarti memperlakukan orang lain dengan hormat, kebaikan, dan keadilan, sebagaimana kita ingin diperlakukan. Kasih ini melampaui batasan sosial, budaya, atau agama, seperti ditunjukkan dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:25-37).
b. Kasih kepada Musuh
Yesus memperluas konsep kasih kepada musuh, yang sangat radikal pada zamannya. Dalam Matius 5:44, Ia berkata, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." Kasih kepada musuh menunjukkan bahwa kasih Kristen tidak bersyarat, melainkan mencerminkan kasih Allah yang universal.
c. Kasih yang Berkorban
Yesus adalah teladan kasih yang berkorban. Yohanes 15:13 menyatakan, "Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." Kasih kepada sesama tidak hanya melibatkan kebaikan sederhana, tetapi juga pengorbanan demi kebaikan orang lain.
4. Kasih sebagai Prinsip Hidup Kristen
a. Roh Kudus sebagai Penggerak Kasih
Kasih kepada Allah dan sesama bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan manusia dengan kekuatannya sendiri. Kasih itu dicurahkan ke dalam hati orang percaya melalui Roh Kudus (Roma 5:5). Roh Kudus memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah.
b. Kasih sebagai Buah Roh
Dalam Galatia 5:22-23, Paulus menulis bahwa kasih adalah salah satu buah Roh. Kehidupan yang dipenuhi Roh Kudus akan menghasilkan kasih yang nyata dalam perkataan dan perbuatan.
c. Kasih sebagai Kesaksian Iman
Yesus berkata, "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:35). Kasih adalah tanda pengenal orang Kristen dan cara terbaik untuk memberikan kesaksian kepada dunia.
5. Kasih dalam Konteks Era Modern
a. Tantangan dalam Dunia yang Individualistis
Di era modern, individualisme sering kali menggeser fokus dari kasih kepada sesama menjadi kasih kepada diri sendiri. Kasih Kristen harus tampil berbeda dengan mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi.
b. Kasih di Tengah Disinformasi dan Kebencian
Dalam dunia yang dipenuhi dengan disinformasi dan polarisasi, kasih Kristen memanggil orang percaya untuk menjadi pembawa damai (Matius 5:9). Kasih kepada sesama menuntut keterbukaan, pengampunan, dan upaya untuk memahami perspektif orang lain.
c. Kasih yang Transformatif
Kasih yang diajarkan Yesus tidak hanya berdampak pada hubungan individu, tetapi juga memiliki potensi untuk mentransformasi masyarakat. Kasih yang sejati dapat mengatasi perpecahan, ketidakadilan, dan penderitaan, serta membawa damai sejahtera Allah ke dalam dunia.
6. Kesimpulan
Kasih adalah hukum utama dalam ajaran Yesus, yang menjadi inti dari kehidupan Kristen. Kasih kepada Allah melibatkan totalitas hati, jiwa, dan akal budi, sementara kasih kepada sesama mencakup tindakan nyata yang mencerminkan kasih Allah. Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh tantangan, kasih Kristen tetap relevan sebagai dasar hidup yang membawa damai, keadilan, dan pengharapan. Dengan hidup dalam kasih, orang percaya tidak hanya menaati perintah Allah, tetapi juga menjadi saksi kasih Kristus yang memulihkan dunia.
1 Komentar
בעזרת השם
BalasHapusShalom bapak, ibu, saudara/ i juga adik-adik yang terkasih. Pada kesempatan kali ini saya mau mengajak kita semua untuk belajar bersama Shema Yisrael dan Veahavta sebagai fondasi iman Yahudi yang mana Yesus adalah rabi (רבי) dan juga guru/ מורה/ Moreh yang tentunya mengajarkan tentang keesaan Tuhan.
Shema ini secara umum selalu diucapkan dalam setiap ibadah orang Yahudi maupun di saat- saat genting seperti ketika menghadapi sesuatu bahaya untuk mengingatkan setiap orang Yahudi bahwa hidup mereka ada di tangan Tuhan seperti halnya saudara kita dari kalangan Muslim mengucapkan kalimat tauhid ketika akan mendekati ajal.
Yesus ( oleh para pengikutnya dari kalangan Yahudi yang percaya beliau disebut ישוע/ Yeshua ) pernah mengutip kalimat ini dalam Injil ( בשורה/ Besorah ) untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Torah ( תורה ) atau Soferim ( סופרים ) tentang hukum yang pertama dan terutama.
Ayat Injil yang memuat Shema tersebut adalah Matius 22 : 37 -39, Markus 12 : 29 – 31 dan Lukas 10 : 27.
Di bawah ini akan saya berikan kalimatnya dalamteks Ibrani tanpa tanpa tanda vokal.Kalimat Shema Yisrael dan Veahavta dari Ulangan/דברים/Devarim 6 : 4 – 5, ” שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד ואהבת את יהוה אלהיך בכל־לבבך ובכל־נפשך ובכל־מאדך “
( Cara mengucapkan kata per kata sesuai dengan aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku : Shema Yisrael, YHWH ( Adonai ) Eloheinu, YHWH ( Adonai ) ekhad. Veahavta et YHWH (Adonai ) Eloheikha bekol levavkha uvkol nafshekha uvkol meodekha )
Dan karena kasih itu tidak cukup hanya kasih kepada Tuhan saja tetapi juga kepada sesama manusia, Yeshua juga mengutip Veahavta dari Vayikra/ויקרא/ Imamat 19 : 18 dibawah ini :Kalimat Veahavta dari Vayíkra, ” ואהבת לרעך כמוך
“( Cara mengucapkan kata per kata sesuai dengan aturan tata bahasa Ibrani yang berlaku: Veahavta lereakha kamokha )
Bapak, ibu, saudara/i dan adik-adik dapat membuka tautan terkait berikut yang sekiranya dapat membantu :
https://www.sefaria.org/Deuteronomy.6.4?lang=he&with=WebPages&lang2=he
https://www.sefaria.org/Leviticus.19.18?lang=he&with=all&lang2=he
https://www.torahclass.com/further-study/hebrew-audio-bible/
https://mechon-mamre.org/p/pt/ptmp3prq.htm
Pada waktu periode Bait Suci ( בית המקדש / Beit Hamikdash ) kedua juga ditambahkan kalimat berkat ( Brakhah/ ברכה ) : ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד ( Barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed yang artinya diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selamanya dan kekal ).
Demikian yang dapat saya bagikan. Pengikut Yeshua yang disebut Mesianik Yudaisme atau Meshikhim Hayehudim ( משיחים היהודים) mengucapkan kalimat ini bersama dengan orang -orang Yahudi lainnya di sinagoga.
Saya berdoa agar kiranya Ruakh Hakodesh atau Roh Kudus ( רוח הקודש ) membuka hati dan pikiran kita agar mampu memahami pernyataan yang berasal dari Musa/ משה/ Moshe ini. השם kiranya memberkati kita semua.