Header Ads Widget

Responsive Advertisement

JANGAN MENGHAKIMI: PESAN YESUS TENTANG KERENDAHAN HATI DAN KASIH


Jangan Menghakimi: Pesan Yesus Tentang Kerendahan Hati dan Kasih

Salah satu ajaran Yesus yang paling mendalam dan menantang adalah perintah-Nya untuk tidak menghakimi orang lain. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berkata:

"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi, dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu." (Matius 7:1-2)

Pernyataan ini mengandung pesan mendalam tentang kerendahan hati, kasih, dan pengampunan yang harus menjadi dasar dalam hubungan antar manusia.


1. Larangan untuk Menghakimi: Apa Maksudnya?

Ketika Yesus mengatakan “jangan menghakimi,” Dia tidak bermaksud bahwa kita harus menutup mata terhadap dosa atau kesalahan. Sebaliknya, Dia mengajarkan kita untuk berhenti mengkritik atau mengutuk orang lain secara sepihak, tanpa memahami keadaan atau motivasi mereka.

Menghakimi seringkali muncul dari:

  • Kesombongan, ketika kita merasa lebih baik dari orang lain.
  • Kekurangan kasih, ketika kita tidak peduli pada pergumulan orang lain.
  • Prasangka, ketika kita terburu-buru menilai tanpa memahami konteks.

Yesus mengingatkan bahwa kita semua adalah manusia berdosa yang membutuhkan kasih karunia Allah. Dengan menghakimi orang lain, kita melupakan kerapuhan kita sendiri.


2. Melihat Balok di Mata Sendiri

Yesus menggunakan ilustrasi yang tajam untuk menekankan betapa pentingnya introspeksi sebelum kita menilai orang lain:

"Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?" (Matius 7:3)

Balok melambangkan dosa atau kelemahan besar dalam diri kita sendiri, sedangkan selumbar adalah kesalahan kecil pada orang lain. Kita seringkali mudah melihat kesalahan orang lain, tetapi buta terhadap kelemahan kita sendiri.

Pesan ini mengajarkan:

  • Kerendahan hati: Kita harus menyadari bahwa kita tidak sempurna.
  • Introspeksi: Sebelum menilai orang lain, kita harus terlebih dahulu memperbaiki diri kita sendiri.

3. Menghakimi dengan Kasih dan Pengampunan

Yesus tidak hanya melarang menghakimi, tetapi juga mengundang kita untuk menggantinya dengan kasih dan pengampunan. Dalam Yohanes 8:1-11, ketika para ahli Taurat membawa seorang perempuan yang kedapatan berzinah, mereka meminta Yesus untuk menjatuhkan hukuman. Namun, Yesus menjawab:

"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." (Yohanes 8:7)

Sikap Yesus ini menunjukkan bahwa:

  • Menghakimi tanpa kasih adalah sikap yang tidak mencerminkan kehendak Allah.
  • Kita harus memperlakukan orang lain dengan kasih dan belas kasihan, mengingat bahwa kita semua adalah penerima pengampunan Allah.

4. Jangan Menghakimi, Tetapi Membangun

Menghakimi sering kali meruntuhkan semangat dan menghancurkan hubungan. Sebaliknya, Yesus memanggil kita untuk menjadi pembawa kasih yang membangun. Dalam Efesus 4:29, Paulus berkata:
"Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia."

Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk:

  • Menasehati dengan kasih: Menunjukkan kesalahan orang lain dengan tujuan membangun, bukan menjatuhkan.
  • Berempati: Memahami perjuangan orang lain sebelum memberikan penilaian.
  • Menguatkan: Memberikan dorongan kepada mereka yang sedang jatuh atau bergumul.

5. Kasih sebagai Dasar Segala Sesuatu

Menghindari sikap menghakimi hanya mungkin jika kita dipenuhi kasih. Kasih yang diajarkan Yesus adalah kasih yang tidak bersyarat dan penuh pengampunan. Dalam 1 Korintus 13:7, Paulus menggambarkan kasih yang sejati:
"Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu."

Ketika kita hidup dalam kasih:

  • Kita lebih fokus pada membantu daripada mengkritik.
  • Kita melihat orang lain sebagai ciptaan Allah yang berharga.
  • Kita menjadi alat Allah untuk menyampaikan pengampunan dan pemulihan.

6. Mengapa Jangan Menghakimi?

Yesus mengingatkan bahwa cara kita menghakimi akan menentukan cara kita dihakimi:

  • Dihadapan Allah: Kita semua akan berdiri di hadapan pengadilan Allah, dan hanya kasih karunia-Nya yang dapat menyelamatkan kita.
  • Hubungan dengan sesama: Sikap menghakimi menciptakan tembok, sementara kasih menciptakan jembatan.

Menghakimi juga menguras energi dan menjauhkan kita dari panggilan Allah untuk mengasihi. Sebaliknya, ketika kita fokus pada kasih, kita mengalami damai dan sukacita yang sejati.


7. Hidup dalam Kerendahan Hati dan Kasih

Pesan Yesus tentang tidak menghakimi adalah panggilan untuk hidup dengan kerendahan hati. Ini berarti:

  • Mengakui bahwa kita semua adalah pendosa yang diselamatkan oleh kasih karunia.
  • Bersedia memaafkan dan menerima orang lain apa adanya.
  • Menjadi saluran kasih Allah kepada mereka yang membutuhkan.

Yesus adalah teladan sempurna dalam hal ini. Dia tidak menghakimi orang-orang yang datang kepada-Nya dengan hati yang hancur, tetapi selalu menawarkan pengampunan dan kesempatan baru.


Kesimpulan

“Jangan menghakimi” bukan hanya sebuah larangan, tetapi sebuah undangan untuk hidup dalam kasih dan kerendahan hati. Yesus mengajarkan kita untuk menggantikan kritik dengan belas kasih, dan penghakiman dengan pengampunan. Dengan melakukan hal ini, kita tidak hanya memuliakan Allah, tetapi juga menjadi terang bagi dunia, mencerminkan kasih Yesus kepada semua orang.

Mari kita hidup seperti Yesus, berhenti menghakimi, dan mulai mengasihi, karena itulah cara terbaik untuk menjadi saksi nyata kasih Allah di dunia.

Posting Komentar

0 Komentar