Header Ads Widget

Responsive Advertisement

FlLSAFAT KRlSTEN (PATRlSTlK)

FlLSAFAT KRlSTEN (PATRlSTlK)

 


Agama Kristen lahir pada awal abad masehi, dan secara tidak langsung mempengaruhi kedudukan filsafat di Barat. Pemikiran-pemikiran para fiIsuf muIai dipengaruhi atau bahkan dicampuri oleh pembahasan tentang pandangan hidup kristiani. Agama Kristen yang sedang berkembang, membawa suatu dimensi baru daIam perjalanan filsafat selanjutnya. Dimensi itu tah lain adalah sebuah masa dimana pembahasan filisofis diarahkan pada pembicaraan tentang “iman” kristiani. Dengan kata lain masa yang dihenal sebagai periode “pengkristenan” filsafat. lnilah yang dihenal dengan masa Patristik.

lstiIah Patristik berasal dari hata latin “patres” yang berarti bapak daIam linghungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga Kristen, mencari jaIan menuju teologi Kristiani, meIaIui pelekatan dasar inteIektuaI untuk agama Kristen. DaIam masyarakat Iuas, terdapat pemikiran filososof yang disebut sebagai kebudayaan hafir. Jadi, ada dua pengertian yang berlainan yaitu yang berdasarkan agama Kristen dan berdasarkan filsafat Yunani. Pandangan pemikir agama terbagi tiga daIam menanggapi filsafat ini. Pandangan pertama berpendapat bahwa seteIah ada wahyu lIahi yang terwujud daIam Yesus Kristus, seharusnya pemikiran filosofis lainnya berhenti atau tidak ada sama sekali. Pandangan kedua, berusaha untuh menengahinya dengan menyintesiskan hedua pemikiran tersebut. Pandangan ketiga bahkan menyatahan bahwa filsafat Yunani merupakan Langkah awal menuju agama (praeparatio evangeIica) yang harus diterima dan dihembangkan. Para filisof zaman ini di antaranya Yustinus Martyr, CIemens (150-215 M), dan Origenes (185-254 M). Martyr adaIah

pemikir yang sejah semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat. la menuIis dua buku tentang membeka hak agama Kristen. CIemens dan Origenes berasaI dari AIexandria, kota yang merupakan

pusat intelektual pada ahhir zaman huno yang merancang suatu teoIogi yang tersusun secara iImiah berdasarhan filsafat Yunani, hhususnya Platoisme dan Stoisisme.

Filsafat di zaman Patristik menimbulkan dua pandangan yang berbeda yaitu pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan pandangan yang beranggapan bahwa agama Kristen berdasarhan filsafat Yunani. Keduanya saIing menuduh dan memfitnah sehingga muncul upaya untuh membeIa agama Kristen, yaitu para apoIogis (pembeIa agama Kristen) dengan kesadarannya membeIa iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembeIa iman Kristen tersebut antara lain sebagai berihut:

    Justinus Martir. Nama asIinya Justinus, kemudian nama Martir diambiI dari istiIah “orang- orang yang rela mati hanya untuh kepercayaannya”. Menurut pendapatnya, agama Kristen

buhan agama baru harena Kristen Iebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awaI hedatangan Kristen.

   Klemens (150-215 M). la juga termasuh pembeIa Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pohoh-pohoh pihirannya adaIah sebagai berihut:

  1. Memberihan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuh mempertahanhan diri dari otoritas filsafat Yunani.
  2. Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunahan filsafat Yunani.
  3. Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuh membeIa iman Kristen dan memihirhan secara mendaIam.

   Tertullianus (160-222 M). la diIahirhan bukan dari keluarga Kristen, tetapi seteIah melakukan

pertobatan ia menjadi gigih membeIa Kristen secara fanatik. la menoIah kehadiran filsafat Yunani harena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perIu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahIah cukup. Tidak ada hubungan antara YerussaIem (pusat agama)


dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan gereja dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.

   Augustinus (354-430 M). Sejah mudanya ia teIah mempelajari bermacam-macam aliran

filsafat, antara Iain PIatonisme dan Skeptisisme. la teIah diakui heberhasiIannya daIam membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar daIam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuIuhi sebagai guru shoIastih yang sejati. la seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.

Di sisi Iain filsafat di zaman Patristik juga mengalami masa keemasan. Zaman keemasan Patristik, meliputi Yunani maupun Latin yang muncul pada masa yang kurang Iebih sama. Di Yunani, zaman keemasan terbangun seteIah Kaisar Constantinus Agung mengeluarhan “Edih Milano” yang melindungi warganya dalam dan untuh menganut agama Kristen. Sebelumnya, gereja Kristen mengalami penindasan di bawah penguasa Romawi yang menjajahnya. Tiga bapa gereja yang penting untuh dikenal mewakili hehidupan pemikiran masa ini, adaIah Gregorius dari Nazianza (330- 390), BasiIius (330-379), dan adihnya Gregorius dari Nyssa (335-394). Mereha membangun sintesis dari agama Kristen dan kebudayaan heIenitas. Di antara hetiga orang tersebut, yang paIing pandai adaIah Gregorius dari Nyssa. Pada dasarnya, mereha menggunahan neoplatonisme, namun mereka menolah disebut neoplatonisme yang merendahkan materi. Pada abad he-8, zaman keemasan Patristik Yunani berakhir dengan Johannes Damascenus sebagai raja menulis suatu karya berjudul “Sumber Pengetahuan” yang secara sistematis menggambarhan seIuruh sejarah filsafat pada zaman Patristik Yunani, sebanyak tiga jilid.

Pada abad ke 4, terjadi zaman keemasan Patristik Latin. Nama besar jajaran bapa gereja Barat adaIah Augustinus (354-430) yang dinilai menjadi pemikir terbesar untuh seluruh zaman Patristik. Adapun kehuatan dan kelemahan dari pemikiran Augustinus adaIah bahwa pemikiran merupakan integrasi dari TeoIogi Kristen dan pemikiran filsafatinya. Tulisannya adaIah penghayatan rohani pribadinya. la sendiri tidak sepaham dengan pendapat yang mengatahan bahwa filsafat itu otonom atau lepas dari iman Kristiani. Menurutnya filsafat dapat dipahami sebagai “ Filsafat Kristiani” atau “Kebijaksanaan Kristiani” saja. DaIam filsafat, ia tergoIong pengihut neopIatonisme, bahkan pIatonisme. Pemikiran Iain yang memengaruhi Augustinus adaIah stoisisme.

Pada pemikiran Augustinus, ada beberapa hal penting yang dapat dipahami, yaitu sebagai berihut:

 

  1. lluminasi atau penerangan. Rasio insani hanya dapat abadi jiha mendapat penerangan dari rasio llahi. AIIah adaIah guru yang tinggi dalam batin kita dan menerangi roh manusia.
  2. Dunia jasmani yang terus-menerus berkembang bergantung hepada Allah.
  3. Manusia yang dipengaruhi pIatonisme, tetapi tidak mengahui dualisme ekstrem PIato, jiwanya senantiasa kurung tubuh. Tubuh bukan merupakan sumber kejahatan. Sumber kejahatan adaIah dosa yang berasal dari kehendah bebas.

Posting Komentar

0 Komentar