Header Ads Widget

Responsive Advertisement

SEJARAH KONSILI YERUSALEM


Konsili Yerusalem adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Kekristenan awal, yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 15. Konsili ini, yang sering dianggap sebagai "konsili gereja" pertama, terjadi sekitar tahun 49-50 M di Yerusalem. Pertemuan tersebut diadakan untuk menyelesaikan perselisihan besar dalam gereja mula-mula terkait hubungan antara hukum Taurat dan keselamatan melalui iman kepada Yesus Kristus, khususnya bagi orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) yang menjadi percaya kepada Kristus.

Latar Belakang Konsili Yerusalem

Pada masa itu, Kekristenan masih erat terkait dengan tradisi Yahudi, karena Yesus sendiri adalah seorang Yahudi, begitu pula para rasul dan murid-murid pertama-Nya. Namun, ketika Injil mulai diberitakan kepada bangsa-bangsa lain oleh para rasul seperti Paulus dan Barnabas, muncul perdebatan mengenai apakah para petobat non-Yahudi (yang disebut bangsa-bangsa lain atau "kaum kafir") harus terlebih dahulu mematuhi hukum Taurat, termasuk disunat, sebelum diterima sepenuhnya dalam komunitas Kristen.

Isu utama yang menjadi dasar perselisihan adalah:

  1. Keselamatan melalui iman atau hukum? Beberapa orang dari kelompok Yahudi Kristen berpendapat bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh jika seseorang mematuhi hukum Musa, termasuk praktik sunat (Kisah Para Rasul 15:1).
  2. Status bangsa-bangsa lain dalam Kekristenan. Apakah mereka harus menjadi Yahudi terlebih dahulu sebelum dapat menjadi pengikut Kristus?

Situasi ini menjadi semakin rumit karena gereja mula-mula berada di bawah tekanan besar dari otoritas Yahudi dan kekaisaran Romawi. Jika tidak ada kesepakatan, perpecahan dalam gereja bisa terjadi.

Tokoh Utama dalam Konsili

  • Paulus dan Barnabas: Rasul untuk bangsa-bangsa lain, yang mendesak agar petobat non-Yahudi tidak dibebani dengan hukum Taurat.
  • Petrus: Salah satu rasul utama, yang telah menerima penglihatan dari Tuhan sebelumnya (Kisah Para Rasul 10), menunjukkan bahwa keselamatan juga untuk bangsa-bangsa lain.
  • Yakobus: Saudara Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem, yang bertindak sebagai penengah dalam konsili ini.
  • Orang-orang Farisi Kristen: Kelompok yang mendesak agar bangsa-bangsa lain tetap mematuhi hukum Taurat.

Pelaksanaan Konsili

Konsili Yerusalem dimulai dengan pertemuan besar para rasul dan tua-tua gereja di Yerusalem. Dalam pertemuan ini, setiap pihak menyampaikan argumen mereka:

  1. Pandangan Paulus dan Barnabas: Mereka melaporkan tentang bagaimana bangsa-bangsa lain telah menerima Roh Kudus tanpa perlu disunat atau mengikuti hukum Taurat (Kisah Para Rasul 15:12). Mereka juga menegaskan bahwa tanda keselamatan adalah iman kepada Yesus Kristus, bukan perbuatan hukum Taurat.

  2. Kesaksian Petrus: Petrus mengingatkan semua orang tentang pengalamannya dengan Kornelius, seorang non-Yahudi, yang menerima Roh Kudus tanpa harus disunat (Kisah Para Rasul 10). Ia menegaskan bahwa Allah "tidak membedakan orang" (Kisah Para Rasul 15:8-9) dan bahwa keselamatan datang melalui kasih karunia Yesus Kristus, bukan melalui hukum Taurat.

  3. Pendapat Yakobus: Yakobus memberikan solusi yang menyeimbangkan kedua pandangan. Ia setuju bahwa bangsa-bangsa lain tidak perlu disunat atau mematuhi hukum Musa, tetapi ia mengusulkan agar mereka menghindari hal-hal yang dapat menyinggung orang Yahudi Kristen, seperti makanan yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati tercekik, dan percabulan (Kisah Para Rasul 15:19-21).

Hasil Konsili

Hasil dari konsili ini dirangkum dalam sebuah surat resmi yang dikirimkan kepada gereja-gereja di Antiokhia, Siria, dan Kilikia. Isi surat itu menegaskan bahwa:

  1. Keselamatan datang dari kasih karunia Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui perbuatan hukum Taurat.
  2. Petobat non-Yahudi tidak diwajibkan untuk disunat atau mematuhi hukum Musa secara keseluruhan.
  3. Namun, demi menjaga harmoni dengan orang Yahudi Kristen, bangsa-bangsa lain diminta untuk menghindari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, darah, daging binatang yang mati tercekik, dan percabulan.

Keputusan ini membawa dampak besar bagi perkembangan Kekristenan:

  • Penyebaran Injil menjadi lebih luas. Orang non-Yahudi dapat menjadi Kristen tanpa perlu mengikuti aturan hukum Yahudi, membuat Kekristenan menjadi agama yang terbuka untuk semua bangsa.
  • Kekristenan mulai terpisah dari Yudaisme. Meski pada awalnya dianggap sebagai sekte dalam agama Yahudi, keputusan ini memperkuat identitas Kekristenan sebagai agama yang berdiri sendiri.

Makna Teologis Konsili Yerusalem

  1. Keselamatan berdasarkan kasih karunia: Konsili menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, tanpa tambahan syarat hukum.
  2. Kesatuan dalam keberagaman: Keputusan konsili menunjukkan bagaimana gereja mula-mula menangani konflik dan perbedaan pendapat dengan cara yang penuh hikmat dan kasih.
  3. Kepemimpinan gereja yang kolegial: Semua keputusan penting diambil melalui musyawarah bersama para pemimpin gereja, bukan oleh satu individu.

Dampak Jangka Panjang

Keputusan Konsili Yerusalem menjadi dasar bagi teologi gereja mengenai hubungan antara hukum Taurat dan Injil. Itu juga menjadi contoh bagi konsili-konsili gereja selanjutnya dalam menangani permasalahan doktrin dan praktik iman.

Kesimpulan

Konsili Yerusalem merupakan tonggak penting dalam sejarah Kekristenan, menunjukkan bagaimana gereja mula-mula menavigasi konflik antara tradisi Yahudi dan pewartaan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Keputusan konsili ini tidak hanya memperluas jangkauan Kekristenan, tetapi juga memperkuat pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah Allah melalui iman kepada Kristus, tanpa tambahan beban hukum Taurat.

Posting Komentar

1 Komentar

  1. בעזרת השם
    Matius 28:18-20 TB ( dengan sedikit perubahan oleh anonim untuk penyesuaian ) Yeshua mendekati mereka dan berkata: ”Kepadaku telah diberikan segala kuasa di dalam Shamayim dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa talmidku dan benamkanlah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir dunia.”

    Bapak, ibu, saudara dan saudari maupun adik-adik yang membaca komentar ini, mengacu dan untuk menuruti perintah Rabi Yeshua kepada para talmidnya di Bukit Zaitun untuk menjadikan semua bangsa sebagai talmidnya, untuk dibenamkan dan diajarkan segala sesuatu yang telah beliau perintahkan, Yeshivat Shuvu dibawah supervisi Rabi Dr Itzchak Shapira mengundang semua orang untuk ikut ambil bagian dalam perintah itu. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi tautan terkait bila bapak, ibu saudara/i atau adik- adik berkeinginan untuk mendalami iman kepada Mesias dan Juruselamat yang sesungguhnya berdasarkan Yudaisme yang beriman kepada Yeshua sebagai mesias dan berikut tautannya :

    https://id.shuvu.tv/

    https://youtube.com/@AhavatAmmi

    https://youtube.com/@ORIIndonesiaORISingapore

    https://youtube.com/@AhavatAmmiIndonesia

    https://youtube.com/@elroifamilymjcommunity2248.

    Di channel ORI INDONESIA-ORI SINGAPORE selalu diadakan Kabbalat Shabbat secara live streaming setiap Jum’at petang bersama Kehilat El Roi, pada hari Sabtu pagi diadakan Shabbat Sacharit, sore ada Shabbat Yeladim khusus untuk anak-anak dan setelah itu ada Shabbat Shiurim untuk membahas topik yang berhubungan dengan parashat pekan yang bersangkutan sesuai dengan siklus pembacaan Torah.

    Pada Minggu pagi diadakan Sacharit Yom Alef dan selalu mengadakan tujuh hari raya Yahudi yang didasarkan pada pemahaman Mesianik Yudaisme yang beriman kepada Yeshua sang Mesias.

    Doa saya semoga רוח הקודש/ Ruach Hakodesh/ Roh Kudus membuka hati dan pikiran bapak, ibu saudara/i dan adik-adik yang membaca komentar ini. Juga supaya akan banyak dari kità yang ikut ambil bagian menjadi talmid di Yeshivat Shuvu sehingga akan bermunculan banyak Roeh ( רואה ) dan Moreh ( מורה ) lainnya. השם kiranya memberkati kita semua

    BalasHapus