Header Ads Widget

Responsive Advertisement

JOHN WESLEY DAN GERAKAN METODIS: KEBANGUNAN ROHANI DI INGGRIS ABAD KE-18

 


John Wesley dan Gerakan Metodis: Kebangunan Rohani di Inggris Abad ke-18

Gerakan Metodis adalah salah satu kebangunan rohani paling signifikan dalam sejarah Kristen, khususnya di Inggris pada abad ke-18. Gerakan ini berakar pada pelayanan dan ajaran John Wesley, seorang pendeta Anglikan yang menginspirasi jutaan orang melalui pengabdiannya kepada Allah dan dedikasinya kepada kehidupan Kristen yang sejati.

Latar Belakang Sosial dan Agama Inggris Abad ke-18

Pada abad ke-18, Inggris menghadapi berbagai tantangan sosial dan ekonomi akibat Revolusi Industri. Urbanisasi yang pesat menyebabkan kemiskinan, ketimpangan sosial, dan kondisi kerja yang buruk di kota-kota. Secara spiritual, Gereja Inggris (Anglikan) mengalami stagnasi. Banyak pendeta lebih peduli pada status sosial daripada kebutuhan rohani umatnya. Di tengah suasana ini, kekeringan rohani melanda banyak lapisan masyarakat.

Awal Kehidupan John Wesley

John Wesley lahir pada 28 Juni 1703 di Epworth, Lincolnshire, Inggris, sebagai anak ke-15 dari Samuel Wesley, seorang pendeta Anglikan, dan Susanna Wesley, seorang wanita yang sangat religius. Pendidikan rohani yang ketat dari ibunya memberikan pengaruh besar pada kehidupan John. Dia belajar di Charterhouse School dan melanjutkan ke Universitas Oxford, di mana dia menunjukkan bakatnya dalam bidang akademik.

Pada 1729, Wesley dan saudaranya Charles Wesley mendirikan sebuah kelompok kecil di Oxford yang dikenal sebagai Holy Club. Anggota kelompok ini berdedikasi pada doa, pembelajaran Alkitab, puasa, dan persekutuan Kristen. Nama "Metodis" pertama kali digunakan secara ejekan untuk menggambarkan gaya hidup mereka yang disiplin.

Pengalaman Transformasi Rohani

Meskipun Wesley aktif dalam pelayanan gereja, ia merasa kekosongan rohani. Pengalaman ini memuncak pada tahun 1738 ketika ia menghadiri sebuah pertemuan Moravia di Aldersgate Street, London. Dalam pertemuan itu, Wesley mendengar seseorang membaca pendahuluan Martin Luther tentang Surat Roma. Ia menulis dalam jurnalnya, "Hati saya terasa hangat. Saya merasa percaya kepada Kristus, hanya kepada-Nya, untuk keselamatan saya."

Pengalaman ini mengubah pendekatan Wesley terhadap pelayanan. Ia menyadari pentingnya iman pribadi dan hubungan langsung dengan Allah melalui Yesus Kristus, bukan hanya melalui ritual keagamaan.

Awal Gerakan Metodis

Setelah transformasi rohaninya, Wesley mulai berkhotbah dengan semangat baru. Ia sering berkhotbah di luar gereja, terutama kepada buruh, petani, dan orang-orang yang terpinggirkan. Salah satu momen penting terjadi pada tahun 1739, ketika George Whitefield, rekan Wesley di Holy Club, mengundangnya untuk berkhotbah di tambang batu bara di Bristol. Meskipun awalnya ragu, Wesley mulai berkhotbah di ruang terbuka, sebuah pendekatan yang akhirnya menjadi ciri khas Gerakan Metodis.

Pesan Wesley menekankan:

  1. Keselamatan melalui iman – Setiap orang dapat diselamatkan melalui iman kepada Kristus, tanpa memandang status sosial.
  2. Kudus dalam hidup – Wesley percaya pada "kesempurnaan Kristen," yakni kehidupan yang dikuduskan melalui kasih karunia Allah.
  3. Tanggung jawab sosial – Ia mendorong orang Kristen untuk memperhatikan kebutuhan orang miskin dan tertindas.

Organisasi Gerakan Metodis

Wesley sangat terorganisasi dalam pendekatannya. Ia membentuk "societies" atau kelompok kecil di mana orang-orang bisa belajar Alkitab, berdoa, dan saling mendukung dalam kehidupan Kristen. Kelompok-kelompok ini dibagi menjadi "kelas" yang lebih kecil, masing-masing dipimpin oleh seorang pemimpin lajang atau awam. Struktur ini memungkinkan Metodis berkembang dengan cepat meskipun mendapat oposisi dari Gereja Inggris.

Pengaruh Gerakan Metodis

  1. Kebangkitan Rohani: Gerakan Metodis membawa ribuan orang kembali kepada iman Kristen, terutama dari kalangan pekerja dan kelas bawah yang merasa diabaikan oleh Gereja Inggris.
  2. Reformasi Sosial: Wesley dan para pengikutnya terlibat dalam berbagai upaya reformasi sosial, seperti penghapusan perdagangan budak, pembaruan sistem pendidikan, dan peningkatan hak pekerja.
  3. Pendirian Gereja Metodis: Meskipun awalnya Wesley berniat tetap berada dalam Gereja Inggris, Gerakan Metodis akhirnya berkembang menjadi denominasi independen setelah kematiannya pada tahun 1791.

Warisan John Wesley

John Wesley meninggal pada 2 Maret 1791, meninggalkan warisan yang luar biasa. Pelayanan dan ajarannya tidak hanya mengubah lanskap keagamaan Inggris tetapi juga berdampak global. Gereja Metodis menyebar ke Amerika Serikat dan berbagai negara lain, menjadi salah satu denominasi Protestan terbesar di dunia.

Gerakan Metodis juga menjadi model bagi kebangkitan rohani lainnya, menunjukkan bagaimana iman pribadi, disiplin, dan semangat untuk pelayanan sosial dapat membawa transformasi yang luas. Wesley sering dikutip dengan perkataan terkenalnya:
"Do all the good you can, by all the means you can, in all the ways you can, in all the places you can, at all the times you can, to all the people you can, as long as ever you can."

Kesimpulan

John Wesley dan Gerakan Metodis adalah contoh nyata bagaimana kebangunan rohani dapat mengubah individu dan masyarakat secara mendalam. Di tengah tantangan sosial dan spiritual abad ke-18, pelayanan Wesley menghadirkan harapan, iman, dan kasih yang terus berdampak hingga saat ini. Gerakan ini mengingatkan kita bahwa perubahan besar selalu dimulai dari hati yang terbakar oleh kasih Kristus.


Posting Komentar

0 Komentar