Header Ads Widget

Responsive Advertisement

DALAM TEOLOGI KRISTEN, BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA KASIH KARUNIA (GRACE) DAN IMAN (FAITH) DALAM PROSES KESELAMATAN MENURUT AJARAN RASUL PAULUS ?

 


Dalam teologi Kristen, hubungan antara kasih karunia (grace) dan iman (faith) dalam proses keselamatan merupakan inti dari ajaran Rasul Paulus yang tertuang dalam surat-suratnya di Perjanjian Baru. Paulus secara konsisten mengajarkan bahwa keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya, diberikan sebagai anugerah melalui kasih karunia-Nya dan diterima oleh manusia melalui iman, tanpa bergantung pada perbuatan atau usaha manusia. Penjelasan ini ditemukan secara eksplisit dalam surat-surat seperti Roma, Galatia, dan Efesus.

1. Kasih Karunia sebagai Dasar Keselamatan

Kasih karunia adalah pemberian Allah yang tidak layak diterima manusia. Dalam Roma 3:23-24, Paulus menulis:

"Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."

Ayat ini menekankan bahwa semua manusia telah berdosa dan tidak dapat menyelamatkan diri sendiri. Keselamatan datang melalui kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam karya penebusan Yesus Kristus di kayu salib. Kasih karunia ini diberikan tanpa syarat, sebagai anugerah, bukan berdasarkan kelayakan manusia.

Paulus juga menegaskan bahwa kasih karunia ini adalah inisiatif Allah. Dalam Efesus 2:8-9, ia menulis:

"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."

Ayat ini menunjukkan bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang dapat diperoleh melalui usaha manusia. Ini adalah murni pemberian Allah.


2. Iman sebagai Sarana Keselamatan

Meski keselamatan berasal dari kasih karunia Allah, iman adalah sarana atau alat melalui mana manusia menerima keselamatan tersebut. Iman, dalam pengertian Paulus, adalah respons manusia terhadap kasih karunia Allah. Iman bukan sekadar pengakuan intelektual, tetapi kepercayaan penuh kepada Allah dan ketergantungan pada karya Kristus untuk keselamatan.

Dalam Roma 4:3-5, Paulus memberikan contoh Abraham yang "dibenarkan oleh iman," dengan mengutip Kejadian 15:6:

"Sebab apakah yang dikatakan Kitab Suci? 'Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.' Tetapi kalau ada orang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Sebaliknya, kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran."

Di sini, Paulus menekankan bahwa kebenaran atau pembenaran diberikan melalui iman, bukan karena perbuatan.


3. Keselamatan: Karya Allah, Respons Manusia

Paulus mengajarkan bahwa kasih karunia adalah tindakan Allah yang menginisiasi keselamatan, sementara iman adalah respons manusia yang memungkinkan kasih karunia itu bekerja dalam hidupnya. Hubungan ini tidak berarti bahwa iman adalah "usaha manusia" yang menggantikan kasih karunia. Sebaliknya, iman itu sendiri adalah pemberian Allah, sebagaimana ditegaskan dalam Efesus 2:8.

Dengan demikian, iman adalah cara manusia menerima kasih karunia Allah. Paulus membedakan iman dengan "pekerjaan hukum Taurat" atau usaha manusia untuk mematuhi hukum sebagai cara mendapatkan keselamatan. Dalam Galatia 2:16, ia menulis:

"Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Yesus Kristus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: 'tidak ada seorang pun yang dibenarkan' oleh karena melakukan hukum Taurat."


4. Kasih Karunia dan Iman dalam Hidup Kristen

Setelah seseorang diselamatkan melalui kasih karunia dan iman, kehidupan Kristen yang baru adalah hasil dari karya Roh Kudus yang bekerja dalam dirinya. Paulus menegaskan bahwa kasih karunia tidak hanya menyelamatkan tetapi juga memampukan orang percaya untuk hidup dalam ketaatan. Dalam Titus 2:11-12, ia berkata:

"Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan untuk hidup bijaksana, adil, dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."

Kasih karunia memampukan orang percaya untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Iman, sebagai respons manusia, terus diwujudkan dalam perbuatan yang menunjukkan kebenaran kasih karunia itu (Yakobus 2:17-26). Namun, Paulus menekankan bahwa perbuatan baik adalah hasil keselamatan, bukan penyebabnya.


5. Konflik dengan Hukum Taurat

Paulus sering kali menyinggung masalah hukum Taurat. Dalam Roma 6:14, ia menyatakan:

"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia."

Ini menunjukkan bahwa kasih karunia membebaskan orang percaya dari keharusan mematuhi hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan. Namun, Paulus tidak mengatakan bahwa hukum Taurat tidak berguna; ia mengajarkan bahwa hukum itu mengungkapkan dosa (Roma 7:7) dan menunjuk kepada kebutuhan akan Kristus (Galatia 3:24).


Kesimpulan

Menurut ajaran Rasul Paulus, kasih karunia dan iman adalah dua elemen tak terpisahkan dalam proses keselamatan. Kasih karunia adalah dasar dan sumber keselamatan, sedangkan iman adalah sarana melalui mana manusia menerimanya. Keduanya bekerja bersama dalam rancangan Allah untuk menyelamatkan umat manusia.

Keselamatan, oleh karena itu, adalah karya Allah dari awal hingga akhir, yang membebaskan manusia dari usaha sia-sia untuk memperoleh keselamatan melalui perbuatan. Hubungan antara kasih karunia dan iman ini menjadi inti dari pesan Injil yang Paulus bawa, yakni bahwa "keselamatan adalah pemberian Allah" yang hanya dapat diterima dengan percaya kepada Kristus Yesus.

Posting Komentar

0 Komentar