Header Ads Widget

Responsive Advertisement

BAGAIMANA ARGUMEN MORAL YANG DIKEMUKAKAN OLEH C.S. LEWIS DALAM BUKUNYA MERE CHRISTIANITY DIGUNAKAN UNTUK MENDUKUNG KEBERADAAN ALLAH ?

 


Dalam bukunya Mere Christianity, C.S. Lewis mengemukakan argumen moral sebagai salah satu pendekatan untuk mendukung keberadaan Tuhan. Argumen ini berfokus pada kesadaran manusia akan moralitas dan hukum moral yang seolah-olah terpisah dari kebiasaan dan keinginan pribadi. Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang argumen moral yang dikemukakan oleh Lewis:

1. Pengamatan terhadap Moralitas Universal

C.S. Lewis memulai dengan mengamati bahwa ada suatu kesepakatan umum tentang prinsip moral yang berlaku di hampir semua budaya dan zaman. Walaupun ada variasi dalam cara budaya menginterpretasikan prinsip moral, ada beberapa kesamaan dasar yang tidak dapat disangkal, seperti larangan untuk membunuh, berbohong, mencuri, atau berbuat zalim terhadap orang lain. Prinsip-prinsip ini tidak hanya berbicara tentang bagaimana manusia berperilaku tetapi juga tentang bagaimana manusia seharusnya berperilaku.

Sebagai contoh, dalam masyarakat yang berbeda-beda, meskipun ada perbedaan dalam cara mereka menjalani hidup, hampir semuanya memiliki aturan yang mengharuskan kejujuran, keadilan, dan menghormati hak orang lain. Lewis menyatakan bahwa ini bukanlah sekadar kebiasaan atau hasil dari konsensus sosial, tetapi lebih merupakan prinsip moral yang objektif.

2. Hukum Moral sebagai Suatu Keharusan

Lewis berargumen bahwa adanya hukum moral ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh faktor sosial atau biologis semata. Meskipun teori-teori evolusi bisa menjelaskan perilaku manusia dalam hal bertahan hidup dan reproduksi, mereka tidak dapat menjelaskan mengapa manusia merasa ada kewajiban moral untuk berperilaku dengan cara tertentu, bahkan ketika perilaku itu tidak membawa keuntungan langsung bagi individu tersebut.

Sebagai contoh, seseorang mungkin tidak mendapatkan keuntungan langsung dengan berbagi makanan dengan orang miskin, atau mungkin menghadapi risiko dengan membela kebenaran, tetapi perasaan kewajiban untuk melakukannya tetap ada. Ini, menurut Lewis, menunjukkan bahwa moralitas tidak hanya bergantung pada keinginan pribadi atau kepentingan individu, tetapi pada suatu hukum yang lebih tinggi yang mengatur perbuatan baik dan buruk.

3. Sifat Hukum Moral yang Mengikat

Salah satu aspek penting dari argumen moral Lewis adalah bahwa hukum moral ini tampaknya mengikat setiap individu, terlepas dari apakah mereka setuju dengan hukum tersebut atau tidak. Hukum moral tidak tergantung pada preferensi individu atau budaya tertentu. Contoh yang sering digunakan Lewis adalah bahwa bahkan orang yang tidak percaya pada hukum moral ini tetap merasa bahwa mereka harus mengikuti aturan tertentu dan tidak dapat dengan begitu saja mengabaikan kewajiban moral mereka.

Misalnya, seseorang yang berbohong seringkali merasa bersalah karena melanggar norma moral tertentu, meskipun dalam beberapa kasus, berbohong mungkin memberikan keuntungan pribadi. Ini menunjukkan bahwa meskipun seseorang mungkin tidak selalu mengikuti hukum moral, mereka tetap merasa ada suatu norma yang mengharuskan mereka berperilaku dengan cara tertentu.

4. Sumber Hukum Moral

Menurut Lewis, jika ada hukum moral yang mengikat semua orang, maka hukum tersebut harus berasal dari suatu sumber yang lebih tinggi dan lebih kuat daripada manusia itu sendiri. Ia berpendapat bahwa hukum moral ini tidak bisa hanya dijelaskan melalui kemanusiaan atau kodrat alam, karena manusia, meskipun memiliki kemampuan untuk berpikir rasional, sering kali tidak sepenuhnya mengikuti prinsip moral tersebut.

Lewis menyatakan bahwa hukum moral yang mengikat dan universal ini menunjukkan adanya suatu "Penulis" atau sumber yang lebih besar, yaitu Tuhan. Ia membandingkan hukum moral ini dengan aturan permainan: aturan-aturan ini tidak hanya ada begitu saja tanpa ada yang menetapkannya. Ada yang merancangnya untuk mengatur bagaimana permainan harus dimainkan, dan hal yang sama berlaku untuk moralitas.

5. Implikasi dari Argumen Moral

Argumen moral yang dikemukakan Lewis memberikan dasar bagi keyakinan akan keberadaan Tuhan dengan menunjukkan bahwa moralitas yang mengikat dan universal ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh faktor manusiawi, sosial, atau biologis. Ia menyarankan bahwa keberadaan Tuhan adalah satu-satunya penjelasan yang masuk akal untuk adanya hukum moral yang universal ini. Tuhan adalah sumber dari moralitas yang lebih tinggi, yang mengarahkan manusia untuk berperilaku dengan cara yang benar, meskipun kadang-kadang bertentangan dengan keinginan pribadi atau keuntungan duniawi.

Lewis menekankan bahwa moralitas ini bukan hanya tentang keinginan untuk melakukan hal-hal baik, tetapi tentang pengakuan terhadap hukum moral yang lebih besar yang mengarahkan perilaku manusia. Tanpa adanya hukum moral yang bersifat objektif ini, tidak ada dasar yang dapat mengikat manusia untuk bertindak dengan cara yang benar, dan tidak ada cara untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan dengan cara yang obyektif.

6. Kesimpulan: Moralitas dan Keberadaan Tuhan

Berdasarkan argumen-argumen ini, Lewis menyimpulkan bahwa keberadaan hukum moral ini merupakan bukti yang sangat kuat untuk keberadaan Tuhan. Menurutnya, hukum moral yang kita rasakan tidak hanya sebuah hasil dari kebiasaan sosial atau konstruksi budaya, tetapi merupakan suatu refleksi dari sebuah prinsip yang lebih tinggi yang berasal dari Tuhan. Tuhan, sebagai sumber moralitas ini, mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan standar moral yang tidak hanya bersifat sementara atau budaya, tetapi bersifat universal dan mengikat sepanjang waktu.

Dengan cara ini, argumen moral dalam Mere Christianity berfungsi sebagai salah satu pijakan untuk membuktikan bahwa Tuhan ada dan bahwa moralitas yang ada di dalam diri manusia adalah refleksi dari kehendak dan karakter Tuhan itu sendiri.

Melalui pendekatan ini, Lewis menunjukkan bahwa rasionalitas dan pengakuan terhadap hukum moral yang ada dalam diri kita adalah sesuatu yang menunjukkan kebenaran tentang Tuhan sebagai pencipta dan pengatur moralitas dalam dunia ini.

Posting Komentar

0 Komentar