Renungan 28-11-2024: "Bersyukur dalam Segala Hal"
Bersyukur adalah salah satu bentuk ibadah yang paling tulus dan indah. Dalam Mazmur 100:4, Daud menulis, “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian; bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” Ayat ini mengingatkan kita bahwa rasa syukur adalah kunci untuk mendekat kepada Allah dan menikmati hadirat-Nya.
Namun, bersyukur bukanlah sesuatu yang selalu mudah dilakukan, terutama ketika kita menghadapi tantangan atau kesulitan. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak hal yang dapat membuat kita merasa kecewa, marah, atau sedih. Tetapi justru di saat seperti itulah kita diundang untuk bersyukur, karena syukur membuka mata kita untuk melihat kebaikan Allah yang tersembunyi.
Ketika umat Israel berjalan di padang gurun, mereka sering mengeluh kepada Tuhan karena rasa lapar, haus, atau ketidakpastian. Namun, Musa mengingatkan mereka untuk mengingat semua mukjizat Tuhan: pembebasan dari perbudakan di Mesir, makanan dari surga, dan air dari batu. Begitu pula dengan kita, sering kali kita lebih cepat mengeluh daripada bersyukur, meskipun ada banyak berkat yang telah Tuhan berikan.
Bersyukur bukan hanya soal menyebutkan apa yang kita miliki, tetapi juga soal mempercayai bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup kita. Ketika Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dan dipenjara secara tidak adil, dia bisa saja memilih untuk menjadi pahit. Tetapi Yusuf tetap percaya pada Tuhan, dan pada akhirnya, dia melihat bagaimana Tuhan membalikkan penderitaannya menjadi berkat besar bagi keluarganya dan seluruh bangsa.
Rasa syukur juga memiliki kuasa untuk mengubah perspektif kita. Ketika kita mulai menghitung berkat yang kita terima, hati kita menjadi lebih ringan, dan kita dapat melihat kehidupan dengan penuh harapan. Bahkan dalam situasi sulit, ada hal-hal kecil yang bisa kita syukuri: kesehatan, keluarga, makanan sehari-hari, atau bahkan sekadar kekuatan untuk bertahan.
Ada sebuah kisah tentang seorang wanita yang kehilangan hampir semua miliknya dalam kebakaran rumah. Ketika orang-orang datang untuk menghiburnya, ia berkata, “Saya bersyukur bahwa Tuhan masih menyelamatkan nyawa saya dan keluarga saya. Rumah bisa dibangun kembali, tetapi hidup adalah anugerah yang tak ternilai.” Sikap seperti ini adalah contoh nyata dari iman yang berakar dalam syukur.
Dalam kehidupan Yesus, kita juga melihat contoh sempurna dari rasa syukur. Sebelum memberi makan lima ribu orang, Yesus mengangkat lima roti dan dua ikan, lalu mengucap syukur kepada Bapa. Dalam Yohanes 11:41, sebelum membangkitkan Lazarus, Yesus juga bersyukur kepada Bapa karena mendengar doa-Nya. Ini menunjukkan bahwa rasa syukur mendahului mukjizat, dan iman tumbuh dari hati yang bersyukur.
Bersyukur juga membantu kita menjadi saksi hidup bagi orang lain. Ketika dunia melihat bahwa kita tetap bersyukur meskipun menghadapi tantangan, mereka akan bertanya apa yang memberi kita kekuatan. Di sinilah kita dapat membagikan kabar baik tentang kasih dan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita.
Hari ini, mari kita luangkan waktu untuk merenungkan segala berkat yang telah Tuhan berikan. Mungkin ada doa yang belum dijawab atau situasi yang masih sulit, tetapi kita bisa memulai dengan hal-hal kecil. Apakah kita sudah bersyukur atas udara yang kita hirup, matahari yang terbit, atau orang-orang yang mencintai kita?
Bersyukur adalah tindakan iman dan ketaatan. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa Tuhan itu baik dan setia, apa pun keadaan kita. Mari kita hidup dalam syukur setiap hari, karena rasa syukur bukan hanya membawa sukacita bagi hati kita, tetapi juga menyenangkan hati Allah.
Doa:
Tuhan yang Maha Kasih, ajarlah kami untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan. Bukalah mata kami untuk melihat betapa besar kasih-Mu dalam hidup kami, sehingga kami dapat memuji-Mu dengan hati yang tulus. Dalam nama Yesus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.
Bersyukur adalah salah satu bentuk ibadah yang paling tulus dan indah. Dalam Mazmur 100:4, Daud menulis, “Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian; bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!” Ayat ini mengingatkan kita bahwa rasa syukur adalah kunci untuk mendekat kepada Allah dan menikmati hadirat-Nya.
Namun, bersyukur bukanlah sesuatu yang selalu mudah dilakukan, terutama ketika kita menghadapi tantangan atau kesulitan. Dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak hal yang dapat membuat kita merasa kecewa, marah, atau sedih. Tetapi justru di saat seperti itulah kita diundang untuk bersyukur, karena syukur membuka mata kita untuk melihat kebaikan Allah yang tersembunyi.
Ketika umat Israel berjalan di padang gurun, mereka sering mengeluh kepada Tuhan karena rasa lapar, haus, atau ketidakpastian. Namun, Musa mengingatkan mereka untuk mengingat semua mukjizat Tuhan: pembebasan dari perbudakan di Mesir, makanan dari surga, dan air dari batu. Begitu pula dengan kita, sering kali kita lebih cepat mengeluh daripada bersyukur, meskipun ada banyak berkat yang telah Tuhan berikan.
Bersyukur bukan hanya soal menyebutkan apa yang kita miliki, tetapi juga soal mempercayai bahwa Tuhan memegang kendali atas hidup kita. Ketika Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dan dipenjara secara tidak adil, dia bisa saja memilih untuk menjadi pahit. Tetapi Yusuf tetap percaya pada Tuhan, dan pada akhirnya, dia melihat bagaimana Tuhan membalikkan penderitaannya menjadi berkat besar bagi keluarganya dan seluruh bangsa.
Rasa syukur juga memiliki kuasa untuk mengubah perspektif kita. Ketika kita mulai menghitung berkat yang kita terima, hati kita menjadi lebih ringan, dan kita dapat melihat kehidupan dengan penuh harapan. Bahkan dalam situasi sulit, ada hal-hal kecil yang bisa kita syukuri: kesehatan, keluarga, makanan sehari-hari, atau bahkan sekadar kekuatan untuk bertahan.
Ada sebuah kisah tentang seorang wanita yang kehilangan hampir semua miliknya dalam kebakaran rumah. Ketika orang-orang datang untuk menghiburnya, ia berkata, “Saya bersyukur bahwa Tuhan masih menyelamatkan nyawa saya dan keluarga saya. Rumah bisa dibangun kembali, tetapi hidup adalah anugerah yang tak ternilai.” Sikap seperti ini adalah contoh nyata dari iman yang berakar dalam syukur.
Dalam kehidupan Yesus, kita juga melihat contoh sempurna dari rasa syukur. Sebelum memberi makan lima ribu orang, Yesus mengangkat lima roti dan dua ikan, lalu mengucap syukur kepada Bapa. Dalam Yohanes 11:41, sebelum membangkitkan Lazarus, Yesus juga bersyukur kepada Bapa karena mendengar doa-Nya. Ini menunjukkan bahwa rasa syukur mendahului mukjizat, dan iman tumbuh dari hati yang bersyukur.
Bersyukur juga membantu kita menjadi saksi hidup bagi orang lain. Ketika dunia melihat bahwa kita tetap bersyukur meskipun menghadapi tantangan, mereka akan bertanya apa yang memberi kita kekuatan. Di sinilah kita dapat membagikan kabar baik tentang kasih dan kesetiaan Tuhan dalam hidup kita.
Hari ini, mari kita luangkan waktu untuk merenungkan segala berkat yang telah Tuhan berikan. Mungkin ada doa yang belum dijawab atau situasi yang masih sulit, tetapi kita bisa memulai dengan hal-hal kecil. Apakah kita sudah bersyukur atas udara yang kita hirup, matahari yang terbit, atau orang-orang yang mencintai kita?
Bersyukur adalah tindakan iman dan ketaatan. Ketika kita bersyukur, kita mengakui bahwa Tuhan itu baik dan setia, apa pun keadaan kita. Mari kita hidup dalam syukur setiap hari, karena rasa syukur bukan hanya membawa sukacita bagi hati kita, tetapi juga menyenangkan hati Allah.
Doa:
Tuhan yang Maha Kasih, ajarlah kami untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan. Bukalah mata kami untuk melihat betapa besar kasih-Mu dalam hidup kami, sehingga kami dapat memuji-Mu dengan hati yang tulus. Dalam nama Yesus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.
Posting Komentar