KONSILI EFESUS

Konsili Efesus (431 M): Sebuah Pembahasan Lengkap

Latar Belakang Konsili

Konsili Efesus, yang diadakan pada tahun 431 M di kota Efesus (kini di wilayah Turki modern), adalah salah satu konsili ekumenis penting dalam sejarah Kekristenan. Konsili ini merupakan yang ketiga dalam tradisi gereja setelah Konsili Nicea (325 M) dan Konsili Konstantinopel I (381 M). Tujuan utama dari Konsili Efesus adalah untuk menyelesaikan perdebatan doktrinal yang melibatkan ajaran Nestorius, Uskup Konstantinopel, tentang hubungan antara sifat manusiawi dan ilahi dalam diri Yesus Kristus.

Perdebatan Kristologis

Nestorius mengajarkan pandangan bahwa Yesus memiliki dua pribadi terpisah: satu sebagai manusia dan satu sebagai Allah. Ia menolak penggunaan gelar "Theotokos" (artinya "Bunda Allah") untuk Maria, dengan alasan bahwa Maria hanya melahirkan Yesus sebagai manusia, bukan sebagai Allah. Sebagai gantinya, ia mendukung gelar "Christotokos" (artinya "Bunda Kristus"). Pandangan ini bertentangan dengan tradisi Gereja yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua kodrat yang tidak terpisahkan, ilahi dan manusia.

Ajaran Nestorius mendapat tentangan keras, terutama dari Cyrillus, Uskup Agung Alexandria. Cyrillus menegaskan bahwa Yesus adalah pribadi yang tunggal, sehingga Maria layak disebut Theotokos, karena Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia. Pertentangan ini menciptakan perpecahan yang serius di dalam gereja, sehingga Kaisar Theodosius II memutuskan untuk mengadakan konsili ekumenis guna menyelesaikan perselisihan tersebut.

Persiapan Konsili

Konsili Efesus dimulai pada tanggal 22 Juni 431 M. Kaisar Theodosius II menyerukan agar semua uskup besar dari berbagai wilayah berkumpul di Efesus untuk membahas masalah ini. Namun, suasana politik dan teologis saat itu sangat tegang. Banyak pihak yang mendukung Cyrillus dan pandangannya, sementara yang lain mendukung Nestorius. Pertentangan ini tidak hanya bersifat teologis, tetapi juga mencerminkan rivalitas politik antara Patriark Alexandria dan Patriark Konstantinopel.

Jalannya Konsili

Konsili dimulai tanpa kehadiran semua pihak yang terlibat, termasuk delegasi dari Antiokhia yang mendukung Nestorius. Cyrillus memanfaatkan situasi ini untuk segera memimpin sidang dan mengecam ajaran Nestorius. Dalam sidang ini, ajaran Nestorius dinyatakan sebagai bidat, dan ia secara resmi dikucilkan dari Gereja. Gelar "Theotokos" untuk Maria ditegaskan sebagai doktrin resmi Gereja.

Namun, kelompok yang mendukung Nestorius, dipimpin oleh Yohanes dari Antiokhia, tiba beberapa hari kemudian dan mengadakan sidang tandingan. Mereka menolak keputusan konsili yang dipimpin oleh Cyrillus dan malah mengecam Cyrillus serta pendukungnya. Situasi ini membuat perpecahan semakin memburuk.

Hasil Konsili

Setelah campur tangan dari Kaisar Theodosius II, keputusan konsili yang dipimpin oleh Cyrillus akhirnya diakui secara resmi. Berikut adalah beberapa hasil utama Konsili Efesus:

  1. Ajaran Nestorius Dikecam
    Nestorianisme dianggap sebagai bidat karena memisahkan sifat manusiawi dan ilahi dalam diri Kristus.

  2. Maria Ditegaskan sebagai "Theotokos"
    Konsili menegaskan bahwa Maria adalah "Bunda Allah," karena ia melahirkan Yesus, yang adalah Allah dan manusia dalam satu pribadi.

  3. Pernyataan tentang Kristologi
    Konsili menegaskan doktrin bahwa Yesus Kristus adalah satu pribadi dengan dua kodrat yang tak terpisahkan: ilahi dan manusia.

  4. Persatuan Gereja Ditegaskan
    Meski konsili mencoba memperkuat persatuan gereja, perpecahan antara pihak pendukung Nestorius dan Cyrillus tetap berlanjut.

Dampak Konsili

Konsili Efesus memiliki dampak yang besar dalam sejarah Kekristenan:

  1. Pemisahan Nestorianisme
    Para pendukung Nestorius tidak menerima keputusan konsili dan memisahkan diri dari Gereja Kekaisaran Romawi. Mereka mendirikan Gereja Timur, yang kemudian berkembang di Persia dan Asia.

  2. Peningkatan Status Maria
    Konsili memperkuat penghormatan terhadap Maria sebagai Bunda Allah, yang menjadi dasar teologi mariologi dalam tradisi Katolik dan Ortodoks.

  3. Pengaruh pada Konsili Selanjutnya
    Perdebatan tentang Kristologi berlanjut dan menjadi fokus utama dalam Konsili Kalsedon (451 M), yang membahas masalah kodrat Kristus secara lebih rinci.

  4. Rivalitas Politik Gereja
    Konsili ini memperkuat persaingan antara Patriark Alexandria dan Patriark Konstantinopel, yang terus berlanjut hingga berabad-abad berikutnya.

Kesimpulan

Konsili Efesus adalah momen penting dalam sejarah gereja yang menegaskan doktrin tentang Kristus dan peran Maria dalam keselamatan. Meski konsili ini bertujuan untuk mempersatukan gereja, hasilnya justru memicu perpecahan baru. Namun, ajarannya tetap menjadi fondasi bagi keyakinan Kristen di seluruh dunia hingga saat ini.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama