Slider
Slider
Slider

SHALOM ALEICHEM
B SHEM HAMASIACH

Yohanes 14 : 6 - Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

TEOLOGI

Memuat Konten Pemahaman Teologi Perjanjian Lama dan Baru

SEJARAH

Memuat Konten Pemahaman Sejarah Kekristenan Kuno - Modern

FILSAFAT

Memuat Konten Filsafat Kekristenan

AJARAN YESUS KRISTUS

konten Yang Berisi Ajaran dan Pemahaman Karakter Yesus Kristus sebagai Tuhan

Selamat Datang

Mari Belajar Firman Tuhan

Kunci untuk hidup dalam damai dimulai dengan mengejar Tuhan dan damai yang hanya bisa Dia berikan.

- Joyce Meyer

Tuhan tidak akan membawamu dalam garis lurus. Ada tikungan dan belokan. Ini mungkin tidak terjadi seperti yang kamu pikirkan, tetapi kekecewaan, kehancuran adalah semua bagian dari rencana Tuhan.

- Joel Osteen

Kristus di sampingku, Kristus di hadapanku, Kristus di belakangku, Kristus di dalamku, Kristus di bawahku, Kristus di atasku.

- Saint Patrick

Menjadi seorang Kristen berarti mengampuni yang tidak bisa dimaafkan karena Tuhan telah mengampuni yang tidak bisa dimaafkan di dalam dirimu.

- C.S. Lewis

Tuhan membuktikan kasih-Nya di kayu Salib. Ketika Kristus tergantung, dan berdarah, dan mati, itu adalah Tuhan yang berkata kepada dunia, 'Aku mengasihimu'.

- Billy Graham

Services

Kami hadir untuk melayani Anda dalam kasih Kristus—menyediakan bimbingan rohani, penguatan iman, dan komunitas yang membangun.



Bidang Keahlian

Hidup untuk melayani Tuhan dan Sesama

TEOLOGI
60%
SEJARAH
88%
AJARAN YESUS KRISTUS
95%
FILSAFAT
74%

Blog

Senin, 14 Juli 2025

RENUNGAN MALAM - 14 JULI 2025

 


🌙 Renungan Malam – Senin, 14 Juli 2025

Judul: Tuhan Masih Menjagamu

Ayat Pokok:

📖 “Aku membaringkan diri, lalu tidur;
aku bangun, sebab TUHAN menopang aku.”

— Mazmur 3:6 (TB)


🌌 Pendahuluan: Hari yang Panjang

Hari ini mungkin terasa panjang dan melelahkan. Ada tugas yang belum selesai, mungkin juga masalah yang belum terselesaikan. Mungkin kamu merasa gagal, kecewa, atau terlalu lelah untuk berharap. Tapi malam ini, Firman Tuhan mengajak kita untuk beristirahat dengan tenang, karena Tuhan tetap bekerja saat kita tidur.

Daud menulis ayat ini di masa pelariannya dari Absalom, anaknya sendiri yang memberontak. Dalam tekanan dan ancaman nyawa, Daud tetap bisa tidur nyenyak, karena ia tahu satu hal: Tuhan menopangnya.


🌠 Isi Renungan: Istirahat dalam Naungan Tuhan

1. “Aku membaringkan diri, lalu tidur”
Tidur adalah tindakan sederhana, tetapi menjadi istimewa bila dilakukan dengan iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Tidur adalah bentuk kepercayaan bahwa Tuhan sanggup memegang kendali atas hidup kita, bahkan ketika kita tidak sadar.

➡️ Saat kita tidur, Tuhan tidak tidur. Dia berjaga atas kita (Mazmur 121:4).

2. “Aku bangun, sebab TUHAN menopang aku”
Kita bisa bangun setiap pagi bukan karena alarm, tapi karena Tangan Tuhan yang menopang kita. Hidup ini bukan jaminan dari kekuatan kita, tetapi anugerah dari Tuhan.

➡️ Kalau hari ini kita bisa melalui semua hal — suka maupun duka — itu bukan karena kuat dan hebat kita, tetapi karena Tuhan menopang kita sepanjang hari.


💡 Refleksi Malam Ini:

  1. Apa saja yang kamu alami hari ini yang membuatmu bersyukur kepada Tuhan?

  2. Hal apa yang masih membuatmu kuatir hingga sulit tidur?

  3. Sudahkah kamu menyerahkan semuanya kepada Tuhan malam ini?


🙏 Doa Malam:

Tuhan Yesus,
terima kasih untuk penyertaan-Mu sepanjang hari ini.
Walau hari ini tidak sempurna, aku tahu Engkau selalu bersamaku.
Malam ini, aku menyerahkan segala kelelahan, kekuatiran, dan rencana ke dalam tangan-Mu.
Tolong aku untuk tidur dengan damai,
dan bangun besok dengan semangat baru yang dari Engkau.
Lindungi aku, keluargaku, dan semua yang kukasihi.
Dalam nama Yesus aku berdoa, amin.


🎶 Lagu Rohani Rekomendasi (Penutup Malam):

"Bapa Engkau Sungguh Baik"

“Bapa, Engkau sungguh baik,
Kasih-Mu melimpah di hidupku
Ku berterima kasih, berterima kasih
Berterima kasih…”


📖 Ayat Tambahan untuk Perenungan:

  • Mazmur 4:9 (TB)“Dengan tenteram aku mau membaringkan diri lalu tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membuat aku diam dengan aman.”

  • Amsal 3:24 (TB)“Jika engkau berbaring, engkau tidak akan terkejut, bahkan engkau akan berbaring dan tidur nyenyak.”


Penutup:

Malam ini, lepaskan semua bebanmu. Kamu tidak perlu memikul semuanya sendiri. Tuhan menjaga malam kita lebih baik dari siapapun. Tidurlah dalam damai, sebab kasih-Nya tetap setia, bahkan saat mata kita terpejam.

Selamat malam. Tuhan Yesus memberkati tidurmu. 😴🌙💛

RENUNGAN HARIAN - 14 JULI 2025

 


🌅 Renungan Harian – Senin, 14 Juli 2025

Judul: Kasih yang Tak Berkesudahan

Ayat Pokok:

📖 “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!”
— Ratapan 3:22-23


Pendahuluan: Di Tengah Luka, Masih Ada Harapan

Kitab Ratapan bukanlah kitab yang ringan. Ditulis oleh nabi Yeremia, kitab ini menggambarkan kesedihan mendalam atas kehancuran Yerusalem dan penderitaan bangsa Israel. Yeremia melihat kehancuran kota, bait Allah yang terbakar, dan bangsanya dalam pembuangan.

Namun... justru di tengah kehancuran itu, muncul satu pengakuan iman yang sangat kuat dan penuh harapan: kasih setia Tuhan tak pernah berakhir.

💡 Ini mengajarkan kepada kita:
➡️ Di tengah penderitaan, Tuhan tetap hadir.
➡️ Di tengah kegagalan, kasih-Nya tetap nyata.
➡️ Di tengah kesedihan, ada harapan yang tak dapat dipadamkan.


💭 Isi Renungan: Kasih Setia yang Menyelamatkan

1. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN”
Kata "kasih setia" dalam bahasa Ibrani adalah "ḥesed", yang menunjuk pada kasih yang penuh komitmen, tak tergoyahkan, dan penuh pengampunan. Kasih ini bukan berdasarkan kelayakan kita, melainkan karena Tuhan sendiri memilih untuk mengasihi.

➡️ Kita bisa mengecewakan Tuhan, tapi Dia tidak berhenti mengasihi kita.

2. “Tak habis-habisnya rahmat-Nya”
Rahmat Tuhan tidak hanya besar, tapi juga tak terbatas jumlahnya. Kita tidak hidup dari kekuatan sendiri, tetapi dari pengampunan dan kemurahan Tuhan yang terus-menerus mengalir.

➡️ Kita hidup hari ini bukan karena layak, tapi karena rahmat-Nya.

3. “Selalu baru tiap pagi”
Setiap pagi adalah awal yang baru. Bahkan jika kemarin penuh kegagalan, hari ini adalah kesempatan baru untuk bangkit bersama Tuhan.

➡️ Tuhan tidak menghakimi masa lalu, tapi memberi kita harapan untuk masa depan.


🖼️ Ilustrasi Kehidupan:

Seorang ibu setiap pagi menyiapkan sarapan untuk anaknya. Meski anak itu sering membantah, melawan, dan tidak menghargai ibunya, sang ibu tetap bangun pagi dan menyajikan makanan. Mengapa? Karena kasih seorang ibu tak tergantung pada perilaku anaknya.
Begitulah kasih Tuhan. Ia setia, bahkan saat kita tidak layak.


🔍 Refleksi Pribadi:

Tanyakan pada dirimu pagi ini:

  1. Apakah aku menjalani hari ini dengan rasa syukur atas kasih Tuhan yang baru setiap pagi?

  2. Apakah aku masih membiarkan rasa bersalah dan masa lalu mengikatku, padahal Tuhan sudah menyediakan pengampunan?

  3. Bagaimana aku bisa menyatakan kasih dan rahmat Tuhan itu kepada orang lain hari ini?


🙏 Doa:

Tuhan yang penuh kasih,
terima kasih karena kasih setia-Mu tidak pernah berakhir.
Meski aku sering gagal, Engkau tetap setia.
Terima kasih karena Engkau memberi rahmat yang baru setiap pagi.
Bantu aku untuk tidak larut dalam kesedihan masa lalu,
melainkan hidup dalam harapan dan kekuatan-Mu hari ini.
Penuhi aku dengan Roh Kudus agar aku dapat mengasihi seperti Engkau.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.


🎵 Lagu Rohani Rekomendasi:

"Great is Thy Faithfulness" / "Besar Setia-Mu"
Lirik:

“Besar setia-Mu, ya Tuhanku Bapaku,
Tiada perubahan dalam kasih-Mu...”


📘 Ayat Pendukung Lain:

  • Mazmur 103:11 — “Sebab setinggi langit dari bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia.”

  • 2 Timotius 2:13 — “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

Selasa, 08 Juli 2025

RENUNGAN HARIAN - 08 JULI 2025

 


Renungan Harian – Selasa, 08 Juli 2025

Judul: Menjadi Pribadi yang Menguatkan
Ayat Bacaan: 1 Tesalonika 5:11

"Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu, seperti yang memang kamu lakukan."


Isi Renungan:

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering bertemu dengan orang yang sedang lelah, kecewa, atau kehilangan semangat. Mereka mungkin tidak mengatakannya secara langsung, tetapi ada dalam sikap, raut wajah, atau keluh kesah kecil yang mereka sampaikan. Tuhan memanggil kita untuk menjadi pribadi yang menguatkan dan membangun sesama kita.

Paulus menasihati jemaat Tesalonika agar saling membangun dan menasihati. Ini adalah panggilan bagi setiap kita juga. Dalam dunia yang penuh kompetisi, gosip, dan kritik, kehadiran orang yang memberi semangat adalah berkat yang besar. Memberi semangat bukan berarti selalu harus dengan kata-kata besar; seringkali sapaan hangat, senyuman, atau mendengarkan dengan penuh perhatian sudah menjadi bentuk penguatan yang nyata.

Tuhan Yesus sendiri adalah teladan dalam hal ini. Ia tidak hanya mengajar, tetapi hadir secara pribadi, menghibur yang berduka, memulihkan yang terluka, dan mengangkat mereka yang jatuh. Jika kita ingin serupa dengan Kristus, mari kita belajar menjadi sumber kekuatan bagi orang-orang di sekitar kita.


Refleksi Pribadi:

  • Apakah hari ini aku sudah menjadi penguat bagi sesamaku?

  • Kepada siapa aku bisa menyampaikan dorongan atau semangat hari ini?


Doa:

Tuhan Yesus, ajar aku untuk menjadi pribadi yang menguatkan dan membangun sesamaku. Jangan biarkan aku sibuk dengan diriku sendiri, tapi mampukan aku untuk peka terhadap kebutuhan orang lain. Jadikan aku saluran kasih dan semangat bagi mereka yang lelah dan kehilangan harapan. Amin.

RELEVANSI AMANAT AGUNG (MATIUS 28:19-20) DALAM KONTEKS MISI DIGITAL DAN EVANGELISASI ONLINE

 


I. Pendahuluan

Amanat Agung dalam Matius 28:19-20 adalah panggilan misi yang paling utama dalam Kekristenan. Amanat ini menjadi dasar bagi gereja untuk menjangkau, mengajar, dan membaptis segala bangsa. Namun, di era digital—di mana komunikasi dan kehidupan sosial telah bertransformasi ke ruang maya—pertanyaan yang muncul adalah: bagaimana menghidupi Amanat Agung di tengah perkembangan teknologi dan digitalisasi?

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
(Matius 28:19–20)

Era digital telah membuka cara-cara baru untuk menyebarkan Injil, menjangkau jiwa-jiwa, dan membina pertumbuhan rohani umat. Maka, misi digital dan evangelisasi online bukan hanya sekadar alternatif, tetapi bagian integral dari pelaksanaan Amanat Agung masa kini.


II. Amanat Agung: Inti Teologis dan Panggilan Global

A. Tiga Elemen Utama Amanat Agung

  1. Pergi dan menjadikan murid (misi aktif)

  2. Membaptis dalam nama Tritunggal (keselamatan & pengakuan iman)

  3. Mengajar untuk ketaatan (pembentukan karakter dan pemuridan)

B. Universalitas Panggilan

Amanat Agung mencakup “semua bangsa,” yang berarti tidak terbatas pada lokasi geografis atau etnis, melainkan menyasar semua kelompok manusia—termasuk komunitas digital, generasi internet, dan masyarakat global.

C. Kehadiran Kristus yang Menyertai

“Aku menyertai kamu senantiasa...”
Artinya, pelayanan dalam dunia digital pun berada dalam cakupan penyertaan Kristus yang aktif.


III. Misi Digital dan Evangelisasi Online: Pengertian dan Realitas Baru

A. Apa Itu Misi Digital?

Misi digital adalah upaya penyebaran Injil dan pembinaan iman Kristen melalui media digital seperti:

  • Media sosial (Instagram, TikTok, YouTube, Facebook, X)

  • Website gereja atau pelayanan

  • Podcast rohani, e-book, video pengajaran

  • Konseling dan penginjilan via chat atau live stream

B. Mengapa Evangelisasi Online Penting?

  1. Menjangkau Generasi Digital Native (Gen Z dan Milenial)

  2. Melampaui batas geografis dan budaya

  3. Cepat, murah, dan efektif menjangkau banyak orang

  4. Respon langsung, bersifat interaktif


IV. Relevansi Amanat Agung dalam Konteks Digital

A. “Pergilah…” dalam Dunia Digital

Dulu, “pergi” berarti berpindah tempat secara fisik. Kini, “pergi” juga berarti masuk ke dunia digital, menjangkau komunitas daring, grup diskusi, hingga ruang komentar di media sosial.

Contoh:

  • Pelayanan live YouTube dengan pengajaran Alkitab.

  • TikTok yang membagikan renungan harian singkat.

  • Instagram reels yang menyampaikan ayat dan doa dalam bentuk estetika modern.

B. “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku…”

Proses pemuridan kini dapat difasilitasi secara digital:

  • Grup WhatsApp untuk pembinaan iman.

  • Zoom Bible Study lintas negara.

  • Aplikasi Alkitab dengan rencana baca bersama.

C. “Ajarlah mereka…”

Mengajar kini tidak harus dilakukan di kelas fisik. Internet memungkinkan:

  • Sekolah minggu digital

  • Kelas teologi daring

  • Pembinaan mentor secara virtual

D. “Aku menyertai kamu senantiasa…”

Kehadiran Kristus tetap nyata dalam ruang digital, selama pelayanannya dilakukan dalam kebenaran, kasih, dan kesetiaan. Spiritualitas sejati tidak dibatasi oleh layar.


V. Tantangan dan Etika Pelayanan Digital

A. Tantangan

  1. Distraksi dan superficiality (kedangkalan spiritual karena konten instan)

  2. Hoaks, doktrin sesat, dan penyalahgunaan media rohani

  3. Anonimitas pengguna yang menyulitkan pemuridan mendalam

  4. Ketergantungan teknologi vs. kehidupan doa dan komunitas nyata

B. Etika dan Sikap

  • Hindari menjadikan media sebagai panggung diri (self-promotion).

  • Utamakan kebenaran, kasih, dan integritas dalam penyampaian konten.

  • Kolaboratif, bukan kompetitif, dalam pelayanan digital.


VI. Contoh Praktik Misi Digital yang Efektif

A. Gereja dan Organisasi Kristen

  • Gereja besar mengadakan ibadah streaming dan membina ribuan jemaat secara daring.

  • Organisasi seperti Our Daily Bread, BibleProject, dan YesHEis menjadi contoh keberhasilan evangelisasi online.

B. Pelayanan Pribadi

  • Banyak anak muda membuka akun Instagram atau TikTok untuk membagikan Firman Tuhan secara kreatif.

  • Ada yang melakukan “Chat Evangelism” secara pribadi lewat DM, WhatsApp, atau Discord.


VII. Kesimpulan dan Ajakan

Amanat Agung tetap relevan di segala zaman, termasuk di era digital. Gereja dan orang percaya dipanggil untuk menginjili, membaptis, dan membina murid Kristus melalui media yang tersedia saat ini, termasuk media digital. Misi tidak lagi hanya terjadi di ladang fisik, tetapi juga di ladang maya (digital mission field).

“Jika Paulus hidup hari ini, ia mungkin akan menulis surat bukan dengan tinta di atas perkamen, tapi lewat e-mail, podcast, atau status Instagram.”


VIII. Aplikasi Pribadi dan Gereja

  • Apakah saya memakai media sosial hanya untuk hiburan, atau juga untuk memberitakan Kristus?

  • Gereja perlu mengembangkan departemen digital mission sebagai bagian dari strategi misi modern.

  • Kita semua dapat menjadi “missionary digital”—tanpa harus pergi jauh, cukup dari HP dan hati yang terbakar oleh Injil.

SEJARAH BERDIRINYA GEREJA HKBP DI SUMATERA UTARA DAN PERKEMBANGANNYA DI KALIMANTAN


 

I. Pendahuluan

Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah salah satu gereja Protestan terbesar di Indonesia. Berakar kuat dalam tradisi Lutheran dan budaya Batak, gereja ini memiliki sejarah panjang sejak masa misi di tanah Batak. HKBP telah berkembang dari gereja lokal di Sumatera Utara menjadi gereja nasional dan bahkan internasional, termasuk perkembangannya di Kalimantan. Artikel ini menyoroti perjalanan awal pendirian HKBP di Sumatera Utara dan bagaimana gereja ini menjangkau Kalimantan sebagai bagian dari panggilan misinya.


II. Sejarah Awal Berdirinya HKBP di Sumatera Utara

A. Latar Belakang Misi RMG dari Jerman

  • Tahun 1834: Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) atau Lembaga Misi Rhein dari Jerman mulai tertarik melayani wilayah Nusantara.

  • Awalnya, misi RMG aktif di wilayah Nias dan Sumatera bagian selatan.

B. Kedatangan Missionaris Ludwig Ingwer Nommensen

  • 1861: Nommensen diutus ke tanah Batak oleh RMG.

  • 1864: Nommensen menetap di Huta Dame, Silindung, dan mulai membangun sekolah dan pelayanan injil.

  • Nommensen mempelajari bahasa Batak dan mengembangkan strategi inkulturasi budaya lokal ke dalam ajaran Kristen.

C. Pembentukan Gereja Batak

  • 1868: Baptisan massal pertama di tanah Batak terjadi.

  • 1878: Rapat Sinode pertama diadakan di Pearaja, Tarutung.

  • 1917: Gereja Batak resmi diberi nama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dengan struktur organisasi yang lebih mandiri dan berpusat di Tarutung.


III. Ciri-ciri dan Identitas Gereja HKBP

  • Berhaluan Lutheran (dipengaruhi ajaran Martin Luther)

  • Menggunakan Bahasa Batak dalam liturgi, terutama di wilayah Batak

  • Mempunyai struktur yang kuat: resort, distrik, ephorus, dan sinode

  • Fokus pada pendidikan, pelayanan sosial, dan pemberdayaan jemaat

  • Motto: “Jesus Kristus do Tuhanta” (Yesus Kristus adalah Tuhan kita)


IV. Perkembangan HKBP di Kalimantan

A. Awal Misi ke Kalimantan

  • Perpindahan penduduk dari Sumatera Utara ke Kalimantan (migrasi transmigrasi dan urbanisasi) pada era 1970-an hingga 1990-an menjadi jembatan awal penyebaran HKBP di Kalimantan.

  • Jemaat Batak yang menetap di Kalimantan mulai mengadakan ibadah secara informal.

B. Pembentukan Jemaat HKBP di Kalimantan

  • Awalnya hanya berupa kelompok kecil (Pos PI) yang beribadah di rumah-rumah warga Batak.

  • Tahun 1980–1990-an: Pos PI ini mulai berkembang menjadi jemaat-jemaat resmi.

  • Didirikan gereja-gereja HKBP di berbagai kota besar seperti Pontianak, Singkawang, Sintang, Balikpapan, Samarinda, Palangkaraya, Banjarmasin, dan Ketapang.

C. Organisasi Gereja di Kalimantan

  • HKBP membentuk Resort Kalimantan untuk mengoordinasikan pelayanan di seluruh wilayah Kalimantan.

  • Beberapa wilayah kini masuk dalam Distrik XV Kalimantan yang membawahi gereja-gereja di berbagai provinsi di Kalimantan.


V. Tantangan dan Peluang Pelayanan HKBP di Kalimantan

A. Tantangan

  1. Minoritas Etnis: Jemaat Batak merupakan minoritas di tengah keragaman etnis Kalimantan.

  2. Geografis: Jarak antar kota dan akses ke daerah pedalaman sulit ditempuh.

  3. Keterbatasan SDM: Kekurangan pelayan tetap (pendeta dan guru huria) di beberapa pos pelayanan.

B. Peluang

  1. Hubungan Ekumenis: Kerja sama lintas gereja dengan GKE, GPIB, GKII, dan denominasi lainnya.

  2. Pelayanan Multietnis: Beberapa gereja HKBP mulai melayani non-Batak dengan bahasa Indonesia.

  3. Pemuda dan Pendidikan: Peran pemuda HKBP di Kalimantan aktif dalam kegiatan kampus, musik gereja, dan penginjilan.


VI. Peran HKBP di Kalimantan dalam Masyarakat

  • Berpartisipasi dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di berbagai provinsi.

  • Mengadakan bakti sosial, pelayanan kesehatan, dan pendidikan.

  • Beberapa gereja HKBP di Kalimantan telah membangun PAUD, sekolah minggu yang aktif, dan kelompok kategorial seperti naposo bulung, ama, ina.


VII. Kesimpulan

HKBP yang berakar dari tanah Batak telah berkembang menjadi gereja yang melayani hingga pelosok Nusantara, termasuk Kalimantan. Berdirinya jemaat HKBP di Kalimantan bukan hanya akibat migrasi, tetapi juga karena kesadaran misi dan semangat mempertahankan iman Kristen dalam konteks yang baru.

Meski menghadapi tantangan, HKBP di Kalimantan terus menunjukkan peran aktif dalam pelayanan, pendidikan, dan penginjilan. Di masa depan, diharapkan HKBP semakin inklusif, mendorong pelayanan lintas budaya, dan tetap setia pada panggilannya sebagai gereja yang bersaksi dan melayani.


Referensi Tambahan (Opsional)

  • Hutagalung, R. (2007). Sejarah HKBP. Tarutung: Lembaga Penerbit HKBP.

  • Simanjuntak, B. (2012). Misi Kristen dan Transformasi Sosial di Kalimantan Barat. Yogyakarta: Andi Offset.

  • Sinode HKBP. Dokumen dan arsip resmi: www.hkbp.or.id

PARA MARTIR KRISTEN DI ERA KEKAISARAN ROMAWI: KESAKSIAN IMAN DI TENGAH PENGANIAYAAN

 


I. Pendahuluan

Dalam sejarah Gereja mula-mula, para martir Kristen memainkan peranan penting dalam menyaksikan iman mereka kepada Kristus. Di tengah penganiayaan brutal Kekaisaran Romawi, mereka memilih tetap setia kepada Injil meskipun harus menghadapi siksaan, pemenjaraan, bahkan kematian. Kisah hidup dan kematian para martir ini menjadi teladan iman, bukti kasih kepada Kristus, dan api penyulut pertumbuhan gereja di abad-abad pertama.

Istilah “martir” berasal dari bahasa Yunani martys, yang berarti “saksi”. Dalam konteks Kristen, seorang martir adalah orang yang memberikan kesaksian tentang Kristus hingga titik pengorbanan nyawa. Kesaksian mereka bukan hanya kisah heroik, tetapi juga penggenapan janji Yesus:

“Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya...” (Matius 5:11)


II. Latar Belakang Sejarah: Kekristenan di Era Kekaisaran Romawi

A. Kekaisaran Romawi dan Iman Kristen

Kekaisaran Romawi adalah negara adikuasa yang sangat pluralistik secara agama. Namun, para Kaisar menuntut kesetiaan politik dan religius kepada kaisar sebagai “tuan” (Kyrios). Di sinilah iman Kristen berbenturan dengan sistem kekaisaran.

Orang Kristen menolak menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi, dan hanya mengakui Yesus sebagai Tuhan (Kyrios). Ini membuat mereka dianggap:

  • Ateis (karena menolak dewa-dewa Romawi)

  • Pengacau politik (karena tidak tunduk pada Kaisar)

  • Pembawa nasib buruk (karena dianggap menolak upacara penenangan dewa)

B. Jenis-jenis Penganiayaan

  • Penganiayaan sporadis: Terjadi di daerah tertentu, tergantung sikap pejabat setempat.

  • Penganiayaan sistematis: Dilakukan secara luas oleh negara, terutama di bawah Kaisar Nero, Domitianus, Decius, Valerian, dan Diokletianus.


III. Tokoh-Tokoh Martir Kristen Terkemuka

1. Stefanus – Martir Pertama (Kisah Para Rasul 7)

Sebagai diaken yang penuh Roh Kudus, Stefanus menjadi martir pertama yang direkam dalam Alkitab. Ia dilempari batu hingga mati karena bersaksi tentang Yesus sebagai Mesias. Kesaksiannya mengguncang hati Saulus (Paulus), yang kemudian bertobat.

2. Ignatius dari Antiokhia (sekitar tahun 110 M)

  • Uskup Antiokhia yang dihukum mati di Roma.

  • Dalam perjalanannya menuju kematian, ia menulis surat-surat penuh iman kepada gereja-gereja.

  • Ia berkata: “Aku adalah gandum Allah; biarkan aku digiling oleh gigi binatang buas agar menjadi roti murni bagi Kristus.”

3. Polikarpus dari Smirna (sekitar 155 M)

  • Murid langsung dari Rasul Yohanes.

  • Saat diminta menyangkal Kristus, ia menjawab:

    “Delapan puluh enam tahun aku telah melayani-Nya dan Dia tidak pernah mengecewakanku. Bagaimana aku bisa menghujat Rajaku yang telah menyelamatkanku?”

  • Ia dibakar hidup-hidup dan tetap memuliakan Tuhan hingga akhir.

4. Perpetua dan Felicitas (tahun 203 M)

  • Perpetua adalah wanita bangsawan muda, sementara Felicitas adalah budaknya yang sedang hamil.

  • Keduanya menolak menyangkali iman mereka di hadapan penguasa Romawi.

  • Dimasukkan ke arena dan dibunuh oleh binatang buas.

  • Kisah mereka menginspirasi banyak wanita Kristen masa awal untuk berani menyatakan iman.


IV. Makna Teologis dari Kesaksian Para Martir

A. Martir sebagai Teladan Kesetiaan kepada Kristus

Para martir menunjukkan bahwa iman Kristen bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi komitmen total, bahkan sampai mati. Mereka menghidupi kebenaran:

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21)

B. Martir dan Kesatuan dengan Salib Kristus

Kematian mereka bukan sia-sia, tetapi merupakan persekutuan dalam penderitaan Kristus (Filipi 3:10). Dalam darah para martir, gereja melihat refleksi kasih dan pengorbanan Kristus sendiri.

C. Darah Martir adalah Benih Gereja

Tertulianus, Bapa Gereja dari Kartago, mengatakan:

“Semen est sanguis Christianorum”
(Darah orang Kristen adalah benih bagi Gereja)

Penganiayaan tidak memadamkan iman, melainkan justru membuat banyak orang tertarik kepada Injil karena melihat keteguhan dan damai sejahtera para martir.


V. Relevansi Kesaksian Martir bagi Gereja Masa Kini

A. Tantangan Kekinian: Penganiayaan Non-Fisik

Meskipun di banyak tempat fisik jemaat tidak lagi dianiaya secara keras, tetapi:

  • Penganiayaan bentuk baru terjadi dalam diskriminasi, ejekan, atau tekanan budaya.

  • Banyak orang Kristen kehilangan hak, pekerjaan, atau akses karena iman mereka.

B. Kebutuhan akan Iman yang Teguh

Para martir mengajarkan bahwa iman tidak boleh tergantung pada kenyamanan. Di era digital ini, iman mudah menjadi dangkal karena banyak orang mencari kenyamanan, bukan kebenaran.

C. Kesaksian dan Apologetika

Seperti para martir yang bersaksi di hadapan pengadilan, jemaat masa kini dipanggil untuk memberi pertanggungjawaban iman (1 Petrus 3:15) dengan keberanian dan kasih.


VI. Kesimpulan

Para martir Kristen di masa Kekaisaran Romawi adalah saksi iman sejati yang rela menyerahkan hidup demi Kristus. Kesaksian mereka menjadi inspirasi, kekuatan, dan pelajaran bahwa kekristenan bukanlah jalan mudah, tetapi jalan salib yang penuh kuasa. Mereka mengingatkan bahwa:

Kesetiaan kepada Kristus lebih berharga dari nyawa.

Dalam dunia yang semakin kompromistis, gereja perlu menghidupkan kembali semangat martir: mengasihi Kristus lebih dari segalanya, bersaksi dengan setia, dan tidak malu akan Injil.

PANGGILAN GEREJA TERHADAP KRISIS IKLIM: TINJAUAN TEOLOGIS DAN PRAKTIK EKOTEOLOGI

 


I. Pendahuluan

Krisis iklim menjadi isu global yang sangat mendesak di abad ke-21. Perubahan suhu bumi, mencairnya es kutub, naiknya permukaan laut, deforestasi, kebakaran hutan, dan cuaca ekstrem bukan hanya masalah ilmiah atau politik, tetapi juga menyentuh aspek spiritual dan moral. Dalam konteks ini, gereja sebagai tubuh Kristus di dunia memiliki tanggung jawab profetis dan pastoral untuk menanggapi krisis iklim dengan serius.

Krisis iklim bukan hanya ancaman ekologis, tetapi juga krisis keadilan yang berdampak langsung pada kaum miskin, generasi mendatang, dan seluruh ciptaan Tuhan. Maka, diperlukan suatu pendekatan teologis yang menyatukan iman dan tanggung jawab ekologis—yang disebut sebagai ekoteologi.


II. Landasan Teologis: Ciptaan dan Tanggung Jawab Manusia

A. Allah sebagai Pencipta Segala Sesuatu

Kitab Kejadian 1 dan 2 menyatakan dengan jelas bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta dan segala isinya. Ciptaan itu dinyatakan sebagai “baik” (Ibr. tov), bahkan “sangat baik” (Kejadian 1:31). Ini menunjukkan bahwa ciptaan memiliki nilai intrinsik, bukan hanya nilai guna.

B. Manusia Sebagai Pengelola, Bukan Penguasa

“Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.”
(Kejadian 2:15)

Kata "mengusahakan" (abad) dan "memelihara" (shamar) berarti tanggung jawab manusia adalah sebagai stewardship (penatalayan), bukan sebagai penakluk. Manusia diberikan mandat untuk merawat bumi sebagai wakil Allah, bukan mengeksploitasi alam demi kepentingan sendiri.


III. Krisis Iklim dalam Perspektif Teologis

A. Dosa dan Ketidakseimbangan Ekologis

Krisis iklim adalah buah dari struktur dosa kolektif: keserakahan, konsumerisme, individualisme, dan ketidakadilan sosial. Alam menderita bukan karena kebetulan, tetapi akibat dari pola hidup manusia yang tidak bertanggung jawab.

“Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.”
(Roma 8:22)

Paulus menggambarkan alam ciptaan yang “mengeluh” karena dampak kerusakan akibat dosa. Ini memperlihatkan bahwa ciptaan turut menantikan pemulihan.

B. Ekoteologi: Teologi yang Ramah Lingkungan

Ekoteologi adalah cabang teologi yang menekankan relasi antara Allah, manusia, dan alam. Ini adalah panggilan untuk mengembangkan spiritualitas yang tidak hanya berpusat pada keselamatan jiwa, tetapi juga mencakup keutuhan ciptaan.

“Karena Allah begitu mengasihi dunia ini...” (Yohanes 3:16) — Kata “dunia” (kosmos) dalam konteks Yunani mencakup seluruh tatanan ciptaan, bukan hanya manusia.


IV. Panggilan Gereja dalam Menanggapi Krisis Iklim

A. Peran Profetis

Gereja dipanggil untuk menjadi suara kenabian—menyuarakan kebenaran dan keadilan di tengah kebungkaman terhadap kerusakan lingkungan. Seperti nabi-nabi Perjanjian Lama yang mengecam ketidakadilan sosial, gereja masa kini harus menyerukan pertobatan ekologis.

B. Peran Liturgis dan Edukatif

Gereja dapat mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam:

  • Kotbah yang menyentuh tanggung jawab ekologi.

  • Doa syafaat untuk bumi dan seluruh ciptaan.

  • Kurikulum Sekolah Minggu dan Katekisasi yang memuat prinsip tanggung jawab terhadap alam.

  • Hari Minggu Ciptaan sebagai refleksi tahunan terhadap alam.

C. Peran Praktis: Gerakan Ekologis Gereja

Beberapa tindakan nyata yang dapat dilakukan gereja:

  • Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dalam kegiatan gereja.

  • Menanam pohon atau membuat taman gereja.

  • Menghemat listrik dan air di lingkungan pelayanan.

  • Mendorong gaya hidup sederhana dan konsumsi bijak di kalangan jemaat.


V. Contoh Praktik Ekoteologi di Dunia dan Indonesia

A. Gereja Katolik dan Laudato Si’

Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ (2015) menekankan bahwa kerusakan lingkungan adalah krisis moral dan spiritual. Ia menyerukan “ekologi integral” yang menghubungkan krisis ekologi dengan kemiskinan dan keadilan sosial.

B. Dewan Gereja Dunia (WCC)

Mengusung tema "Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC)", WCC mengajak gereja-gereja sedunia bersatu dalam tindakan nyata untuk keadilan ekologi.

C. Gereja Lokal di Indonesia

  • Beberapa gereja di Papua dan Kalimantan melibatkan diri dalam advokasi lingkungan dan hak tanah adat.

  • Gereja di kota-kota besar mulai mengembangkan program “green church” atau “gereja hijau”.


VI. Tantangan dalam Implementasi Ekoteologi

A. Ketidakpedulian dan Kurangnya Kesadaran

Banyak jemaat masih menganggap isu lingkungan bukan bagian dari “hal rohani”.

B. Kurangnya Pendidikan Ekologi dalam Teologi

Sekolah-sekolah teologi masih jarang membahas krisis iklim secara serius.

C. Struktur Gereja yang Kurang Fleksibel

Birokrasi dan kesibukan organisasi kadang menghambat perubahan nyata di lapangan.


VII. Kesimpulan dan Refleksi

Krisis iklim adalah panggilan mendesak bagi gereja untuk merefleksikan kembali relasi antara iman dan ciptaan. Melalui pendekatan ekoteologi, gereja diajak untuk membumikan spiritualitas Kristen dalam tindakan nyata yang menyelamatkan bumi. Injil bukan hanya kabar baik bagi manusia, tetapi juga bagi seluruh ciptaan.

“Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya” (Mat. 6:33) – Kerajaan Allah yang dicari itu mencakup keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan.

Gereja yang peduli lingkungan adalah gereja yang hidup, karena ia mencerminkan kasih Allah yang menyeluruh terhadap dunia ini.


Referensi (Opsional Jika Diinginkan):

  1. Paus Fransiskus. Laudato Si’ – On Care for Our Common Home, 2015.

  2. Moltmann, Jürgen. God in Creation: A New Theology of Creation and the Spirit of God, 1993.

  3. Habel, Norman C. Exploring Ecological Hermeneutics, 2008.

  4. WCC. Justice, Peace, and Integrity of Creation. Geneva, 1990.

  5. Boff, Leonardo. Cry of the Earth, Cry of the Poor, 1997.


Contact Us

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *